Kamis, 23 Juni 2011

Belajar dari perilaku serakah seekor kucing

wallpaper kucing lucu. wallpaper kucing lucu. comment
Manusia yang berpikir adalah mereka yang menggunakan akal pikirannya untuk membaca, memahami serta menjadikan ayat-ayat Allah, baik yang tersurat maupun tersirat, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, sebagai pelajaran bagi mereka.
Perintah untuk berpikir bagi manusia dalam beberapa ayat Al-Qur'an dimaksudkan agar kita seyogyanya benar-benar mendayagunakan setiap pancaindera dan pemberian dari Allah berupa tubuh (jasad) untuk berpikir tentang ciptaan-Nya yang nantinya akan berujung kepada kesadaran untuk menyembah dan beribadah kepada Sang Maha Pencipta.
Tanda-tanda kekuasaan Allah meliputi semua yang ada di langit dan di bumi. Tanda-tanda-Nya itu ada dan eksis diperuntukkan kepada umat manusia untuk dijadikan pelajaran. Salah satunya adalah melalui perilaku hewan yang ada di sekeliling kita.
Kali ini yang saya amati dan ambil pelajaran adalah dari kucing.
Kucing adalah satu sosok hewan yang banyak dijadikan peliharaan oleh manusia, mungkin karena fisiknya yang terlihat lucu, menggemaskan dan penurut sehingga hewan ini banyak diangkat menjadi hewan peliharaan.
Di sekitar rumah saya pun terdapat banyak kucing liar (yang tidak secara khusus dipelihara). Kucing ini biasanya kumpul di dekat rumah dan dalam kesehariannya mendapatkan makanan dari mereka yang tinggal di lingkungan tempat saya tinggal.
Salah satu kumpulan kucing ini terdiri dari seekor induk beserta tiga orang anak kucing yang lucu-lucu dan baru berusia beberapa bulan saja.
Kucing-kucing ini selalu berada tidak jauh dari rumah dan selalu menyerbu bersama-sama ketika ada yang ingin memberi mereka makan.
Malam itu saya beri mereka makan ikan. Sengaja saya potong daging ikannya agar mereka tidak berebut. Saya gunakan sendok yang diketukkan ke piring sebagai isyarat untuk memanggil kucing-kucing tersebut. Dan satu persatu, sang induk dan ketiga anaknya datang menghampiri.
Agar tidak berhamburan, saya taruh daging ikan beserta tulangnya di atas alas kertas dan saya pisahkan menjadi empat bagian sesuai jumlah kucing yang ada.
Tetapi apa yang terjadi, ternyata acara pemberian makan itu tidak berlangsung aman dan lancar. Salah satu kucing, si anak kucing yang berwarna putih abu-abu terlihat begitu serakah. Saat ia sibuk menggenggam dan mengunyah ikan, pandangannya ke kucing lain tak berubah. Ia masih sibuk mengawasi kucing lainnya juga. Saat ada kucing lain yang mencoba mengambil daging ikan yang ada di dekat si kucing abu-abu itu dengan segera cakarnya beraksi. Ia seolah tidak rela ada kucing lain yang mendapatkan makanan walaupun makanan tersebut sebenarnya cukup jauh dari dia. Dengan cakar dan diiringi suara erangan yang sepertinya memberi isyarat bahwa ia tidak rela 'jatahnya' diambil, ia beraksi dan membuat kucing lain, termasuk induknya sendiri tak berani mengotak-ngatik.
Kejadian ini berlangsung beberapa kali. Si anak kucing berwarna putih abu-abu ini memang agak berbeda dengan yang lain. Anak kucing yang lain tidak segarang dia dan sikapnya terlihat lebih kalem dan 'nrimo'.
Sekelumit kisah tentang kucing yang saya lihat tersebut bisa menjadi pelajaran bagi kita. Bagaimana sikap anak kucing yang berwarna putih abu-abu tersebut sebenarnya banyak juga terjadi di sekeliling kita.
Sikapnya yang serakah, ingin menang sendiri, tidak mau mengalah, keras kepala dan tidak peduli dengan orang lain, bahkan kepada orang tua dan saudaranya sendiri. Sikap-sikap seperti ini banyak menghinggap dalam diri kita sehingga kita banyak menyaksikan di masyarakat terjadi kasus perebutan warisan, sengketa rumah/tanah, kompetisi dalam lingkungan pekerjaan yang tidak sehat dan lain-lainnya.
Tentu saja sikap jelek ini harus kita buang jauh-jauh agar kita menjadi manusia yang mulia dan tidak mengikuti 'perilaku hewan'.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar