Senin, 27 Juni 2011

(¯`v´¯) `•.¸.•´`•.¸.¸¸.•*¨¨*•.¸¸❤`•.¸.¸¸.•*❤ (¯`v´¯)♥:(¯`v´¯)♥ PERSAHABATAN DAN CINTA `•.¸.•`¸.´`•.¸.•`¸.´`•.¸.•`¸.``•.¸.•`¸.``•.¸.•`¸.``•.¸.•¸.´``•.¸.•",.•"

(¯`v´¯)
`•.¸.•´`•.¸.¸¸.•*¨¨*•.¸¸❤`•.¸.¸¸.•*❤
(¯`v´¯)♥:(¯`v´¯)♥ PERSAHABATAN DAN CINTA
`•.¸.•`¸.´`•.¸.•`¸.´`•.¸.•`¸.``•.¸.•`¸.``•.¸.•`¸.``•.¸.•¸.´``•.¸.•",.•"


Adakah persahabatan kita seperti sinar mentari sendu yang selalu hadir setelah hujan, hingga melukis warna-warni pelangi
Indah……………………………..
Jika aku memerlukan nasehatmu kau mendengarkan tanpa memotong pembicaraanku, lalu kau memberi solusi walau hanya satu jeda.
Sudah semestinya jika kau memerlukan nasehatku, aku akan mendengarkan tanpa memotong gerak lidahmu, lalu aku memberi solusi yang aku mampu, walau hanya sepenggal makna.
Indah……………………………..

Adakah persahabatan kita membuat tempat yang nyaman untuk bersembunyi, hingga menyelimuti disaat gundah menggigil.
Indah……………………………..
Jika aku memerlukan sandaran, kau merelakan tanganmu terbuka tanpa mengharap kepalanku, lalu kau memberi kenyamanan walau hanya satu helai.
Sudah semestinya jika kau memerlukan tempat bersandar, aku rela bahuku menanggung beban tanpa memohon apapun, lalu aku melantunkan nyanyian yang kau suka, walau terngiang sumbang.
Indah………………………….....

Adakah persahabatan kita memiliki bahasa hati yang hanya dapat disentuh dengan hati.
Janganlah kau berharap Cinta dan Kasih Sayang bila kau tak menanamnya.

Dan janganlah pernah berniat, bila kau sakit hati membalasnya dengan keburukan karena engkaulah terlebih dahulu yang akan merasakan sakitnya.

Lihatlah sejenak sebuah pohon yang rindang dengan buahnya yang ranum di seberangmu, bila kau lempari ia dengan batu, ia akan membalasnya dengan buah
Begitulah! Bila kau lempari aku dengan suasana tak ramah, aku akan membalasnya dengan senyum



Lalu jangan pernah menyentuh hidupku bila kau hanya akan menghancurkan perasaan.
Bersusah payah menundukkanku dengan berbagai cara
Kala rebahku tlah berlabuh dan terdampar, lalu kau abaikan
Dan jangan pernah menatap mataku lebih jauh jika semua yang kau lakukan adalah menipu, hingga tiba dalam satu hal yang paling kejam, membiarkan cinta itu terjadi dan tak terbalas……….
Layaknya sebuah KEMATIAN YANG TERTUNDA.
Lalu, mengutuk Cinta yang sebenarnya indah dan melontarkan pertanyaan syetan
“Kenapa Neraka terbuat dari api, bukankah cinta selain membakar jiwa, akan merobek dan meluluhlantakkan seisi hati hingga binasa!”
Astagfirulloh al’adzim

Saudaraku!!!

Kemarahan hanyalah satu kata yang dekat dengan bahaya.
Tanamkan berbagai pikiran positif
Buah pikiran yang besar membicarakan ide-ide
Buah pikiran yang sedang membicarakan peristiwa-peristiwa
Dan Buah pikiran yang kerdil membicarakan orang-orang.

Lumrah!
Dalam sebuah persahabatan terkadang berakhir dengan Cinta
Dan dalam sebuah percintaan tak selamanya berakhir dengan dengan persahabatan
Satu hal yang pasti!
Bila dihayati dalam setiap persahabatan dan percintaan selalu ada satu kenangan indah dan beberapa duka.
Mereka yang kehilangan uang, kehilangan banyak
Mereka yang kehilangan seorang sahabat, kehilangan lebih banyak
Dan mereka yang kehilangan keyakinan diri dan cinta, kehilangan segalanya.

Pleaze Smile dengan Luapan Kasih Sayang Sahabat!!

♥♫♥♫♥♫♥♥♫♥♫♥♫♥♥♫♥♫

KETIKA TUHAN BICARA

KETIKA TUHAN BICARA

Seorang Manusia berbisik, “Tuhan, bicaralah padaku.”
Dan burung kutilang pun bernyanyi. Tapi, manusia itu tidak mendengarkannya.

Maka, Manusia itu berteriak, “Tuhan, bicaralah padaku!”
Dan guntur dan petir pun mengguruh. Tapi, Manusia itu tidak mendengarkannya.

Manusia itu melihat sekelilingnya dan berkata, “Tuhan, biarkan aku melihat Engkau.”
Dan bintang pun bersinar terang. Tapi, Manusia itu tidak melihatnya.

Dan, Manusia berteriak lagi, “Tuhan, tunjukkan aku keajaiban!” Mu”
Dan seorang bayi pun lahirlah. Tapi, manusia itu tidak menyadarinya.

Maka, ia berseru lagi dalam keputus-asaannya, “Jamahlah aku, Tuhan!”
Dan segera, Tuhan pun turun dan menjamahnya. Seekor kupu-kupu hadir dihadapannya.
Tapi, manusia itu malah mengusir kupu-kupu tersebut dan terus berjalan.

Betapa hal ini semua sebenarnya mengingatkan pada kita bahwa Tuhan selalu hadir di sekitar kita dalam bentuk sederhana dan kecil yang sering kita anggap lalu, bahkan dalam era elektronik ini …

Karenanya saya ingin menambahkan satu lagi:
Manusia itu berseru, “Tuhan, aku membutuhkan pertolonganmu!”
Dan datanglah pesan ini melalui BERANDA KITA dengan berita-berita baik dan menguatkan.

Namun, ia justru menghapusnya dan terus berkeluh-kesah, ...
Berita baik itu adalah bahwa Anda MASIH DICINTAI ORANG LAIN !

Janganlah kita mencampakkan suatu anugerah, hanya karena anugerah itu tidak dikemas dalam bentuk yang diinginkan dan dimengerti oleh kita.
**************

** INGAT BEBEK **

** INGAT BEBEK **

Ada seorang bocah laki-laki sedang berkunjung ke kakek dan neneknya dipertanian mereka. Dia mendapat sebuah katapel untuk bermain-main di hutan. Dia berlatih dan berlatih tetapi tidak pernah berhasil mengenai sasaran. Dengan kesal dia kembali pulang untuk makan malam.

Pada waktu pulang, dilihatnya bebek peliharaan nen...eknya. Masih dalam keadaan kesal, dibidiknya bebek itu dikepala, matilah si bebek. Dia terperanjat dan sedih. Dengan panik, disembunyikannya bangkai bebek didalam timbunan kayu, dilihatnya ada kakak perempuannya mengawasi. Dara melihat semuanya, tetapi tidak berkata apapun.

Setelah makan, nenek berkata, "Dara, cuci piring."

Tetapi Dara berkata, "Nenek, Jaka berkata bahwa dia ingin membantu didapur, bukankah demikian Jaka?"

Dan Dara berbisik, "Ingat bebek?"

Jadi Jaka mencuci piring.

Kemudian kakek menawarkan bila anak-anak mau pergi memancing, dan nenek berkata, "Maafkan, tetapi aku perlu Dara untuk membantu menyiapkan makanan."

Tetapi Dara tersenyum dan berkata, "Tidak apa-apa, karena Jaka memberitahu kalau ingin membantu."

Kembali dia berbisik, "Ingat bebek?"

Jadi Dara pergi memancing dan Jaka tinggal dirumah.

Setelah beberapa hari Jaka mengerjakan tugas-tugasnya dan juga tugas-tugas Dara, akhirnya dia tidak dapat bertahan lagi.Ditemuinya nenek dan mengaku telah membunuh bebek neneknya dan meminta ampun.

Nenek berlutut dan merangkulnya, katanya, "Sayangku, aku tahu. Tidakkah kau lihat, aku berdiri di jendela dan melihat semuanya. Karena aku mencintaimu, aku memaafkan. Hanya aku heran berapa lama engkau akan membiarkan Dara memanfaatkanmu."
*****

Sahabat BERANDA KITA sekalian, tingkah Dara persis seperti kita lihat dalam keseharian kita. Kita sering memanfaatkan kesalahan orang lain untuk mengeruk keuntungan pribadi. Padahal Allah SWT Yang Maha Tahu melihat di "jendela"-Nya.

Akhir kata mari kita simak untaian kata di bawah ini :

"Aku tidak tahu masa lalumu.
Aku tidak tahu dosa apakah yang dilemparkan musuh ke mukamu.
Tetapi apapun itu, aku ingin memberitahu sesuatu.
Tuhan juga selalu berdiri di jendela.
Dan Dia melihat segalanya.

Dan karena Dia mencintaimu,
Dia akan mengampunimu bila engkau memintanya.
Hanya Dia heran melihat berapa lama engkau membiarkan musuh memperbudakmu.
Hal yang luar biasa adalah Dia tidak hanya mengampuni, ttapi Dia juga tidak mengingat-ingat lagi dosamu."

(¯`v´¯) ♥♥♥•♥•♥ `•.¸.•´ ♥♥..CINTA JANGAN KAU PERGI (¯`v´¯) `•.¸.•´`•.¸.¸¸.•*¨¨*•.¸¸❤`•.¸.¸¸.•*❤

(¯`v´¯) ♥♥♥•♥•♥
`•.¸.•´ ♥♥..CINTA JANGAN KAU PERGI (¯`v´¯)
`•.¸.•´`•.¸.¸¸.•*¨¨*•.¸¸❤`•.¸.¸¸.•*❤

Cinthya membunyikan klakson beberapa kali di depan pagar rumahnya. “Ugh, kemana saja orang rumah, kok ga ada satupun yang membukakan pagar,” gumam Cintyha dalam hati. Dibunyikan nya lagi klakson mobil agak lama. Dari dalam rumah, keluar sosok pria berjalan agak tergopoh-gopoh. Cintyha segera beranjak turun dari mobil.

“Kok mas yang buka pagar, si mbok kemana?” tanya Cithya heran pada suaminya. “Masuklah dulu, nanti didalam aku ceritakan.” Jawab Bimo, suami Cintyha sambil membukakan pagar. Cintyha naik kembali ke mobil, dan segera memasukkan mobilnya ke garasi rumahnya.

“Memang si mbok kemana sih mas?” tanya Cinthya lagi pada suaminya, setelah mereka berdua sama-sama duduk di meja makan. “Si mbok minta ijin pulang, anaknya sakit, ga ada yang ngurus. Ya, aku ijinkan.” Jawab Bimo.

Cinthya kaget ,”Mas ini gimana sih, kok ga bilang-bilang ke aku, kan bisa telpon mas, kalo si mbok pulang, trus yang ngurus rumah siapa, aku kan sibuk di kantor, kamu gimana sih,” kata Cinthya pada suaminya panjang lebar.


“Aku tadi telpon-telpon kamu terus kok. tapi ga pernah kamu angkat. Aku telpon ke sekretarismu, katanya kamu lagi meeting, aku telpon lagi, ga diangkat lagi, trus kata sekretarismu lagi meeting lagi.” Bimo berkata sambil meninggalkan Cinthya.

“Mas, aku kan belum selesai ngomong, kok kamu udah pergi sih.” Cinthya berkata sambil mengejar Bimo ke dalam kamar. “Aku cape de, nafasku sesak sejak tadi sore, karena si mbok pulang terburu-buru, dia ga sempat menyiapkan makan malam untukku. Jadi aku tadi ke warung depan sendiri. Aku mau istrahat dulu,” jawab Bimo.

Cinthya cemberut sambil memandangi suaminya. Dibiarkan suaminya berjalan masuk kamar seorang diri. Cinthya kembali duduk di kursi makan. Ia termenung. Mengingat kembali saat-saat pertama kali menikah dengan Bimo.

Usia mereka memang terpaut jauh, tujuh belas tahun. Waktu itu Bimo berumur tiga puluh tujuh tahun, sedangkan Cinthya baru berumur dua puluh tahun. Saat itu Cinthya sangat mengagumi sosok Bimo yang kebapaan, sangat perhatian dengan Cinthya. Walau banyak pertentangan pada keluarga masing-masing, namun berdua tetap bersikukuh untuk menikah.

Saat-saat awal pernikahan, semua terasa indah bagi Cinthya, semua yang ia bayangkan tentang sosok suami ideal, ada pada Bimo. Bimo juga mendukung agar Cinthya melanjutkan pendidikan hingga S2. Karir Cinthya pun bagus, sedangkan usaha Bimo semakin berkembang.

Masalah mulai muncul saat lima tahun perkawinan, mereka belum juga dikaruniai seorang anak. Walau telah berusaha hingga keluar negeri. Keduanya sehat, hanya saja entah kenapa hingga tahun kelima, mereka belum juga mendapatkan anak. Cinthyapun mulai melampiaskan rasa kecewanya ke pekerjaannya. Ia mulai pulang malam, sering rapat di luar kota, meninggalkan suami hingga satu minggu. Walaupun karirnya menanjak, namun waktu pertemuannya dengan Bimo semakin berkurang.

Dan puncaknya adalah di tahun pernikahan mereka yang kesepuluh. Bimo terserang penyakit gagal ginjal yang menyebabkannya untuk melakukan cuci darah tiga bulan sekali. Cinthya yang sedang berada di puncak karir merasa terganggu dengan penyakit yang diderita Bimo, karena ia harus selalu ada di sisi suaminya pada saat cuci darah, sedangkan ia pun tidak bisa meninggalkan pekerjaan di kantornya.

Akhirnya ia memutuskan untuk mencari pembantu yang khusus untuk merawat suaminya. Si mbok. Didatangkan dari kampungnya. Si mboklah yang selama ini telaten mengurus Bimo. Saat ke rumah sakitpun untuk cuci darah, Bimo ditemani dengan si mbok dan sopir Cinthya.

Karena penyakit gagal ginjal yang diderita Bimo, maka perlahan, usaha Bimo pun mengalami penurunan. Ia tak lagi bisa maksimal dalam bekerja. Banyak pekerjaan yang diselesaikan di rumah, itupun masih harus dibantu oleh beberapa karyawannya. Selain karena penyakitnya, usia Bimo yang menginjak lima puluh pun turut memperngaruhi daya tahan fisiknya. Akhirnya, Bimo pun memutusan untuk menjual asset perusahaannya dan menginvestasikan uangnya.

Hal inilah yang membuat Cinthya kecewa. Ia malu dengan rekan-rekan bisnisnya. Ia malu karena suaminya tidak bekerja lagi dan hanya tinggal di rumah.

Cinthya memandang pintu kamar. Ingin rasanya masuk ke kamar untuk beristirahat, namun ketika ia ingat kembali Bimo, rasanya malas sekali untuk berbaring di samping suaminya itu. Cinthya kecewa, karena sejak Bimo menderita penyakit, ia seperti orang yang putus asa, bagi Cinthya, hari-hari Bimo hanya dihabiskan untuk meratapi nasibnya. Itulah yang membuat Cinthya kecewa. Seadainya Bimo lebih semangat, lebih optimis, lebih berusaha lagi, ya seandainya….. gumam Cinthya dalam hati.

Akhirnya Cinthya masuk ke dalam kamarnya. Di tatapnya Bimo. Ditatapnya obat-obat disamping tempat tidur suaminya. Ada kurang lebih lima jenis obat yang harus rutin diminum Bimo setiap harinya. Cinthya memandangi wajah Bimo lekat-lekat. Wajah yang dulu begitu gagah, badan yang dulu begitu tegap. Kini badan itu mulai menghitam, wajah Bimo pun ikut menghitam karena cuci darah yang ia lakukan. Badan Bimo saat ini kurus, kulitnya mengerut. Mas, kamu keliatan lebih tua dari usiamu, resah Cinthya dalam hati.

Perlahan, Cinthya mengusap kepala Bimo. Rambut yang dulu tebal, kini mulai rontok dan memutih. Cinthya meneteskan air matanya. Inilah pria yang dulu sangat aku cintai. Dulu…. bagaimana dengan sekarang Cinthya??.... tanya Cinthya sendiri dalam hati. Mas, kamu begitu baik padaku, selama sepuluh tahun menikah, tak sekalipun kamu membentakku, apapun mauku, kamu selalu berusaha untuk memenuhinya, kamu juga tidak pernah protes jika aku banyak menghabiskan waktu di kantor, menghabiskan waktu untuk bertemu klien, dan masih banyak lagi….

Cinthya membuka laptopnya, masih ada beberapa pekerjaan yang harus ia selesaikan. Jam menunjukkan pukul satu dini hari. Cinthya masih berkutat dengan data-data. Tak sadar ia akan kehadiran Bimo disampingnya. Bimo menepuk pelan bahunya. “Sudah shalat Isya de?” tanya Bimo. Cinthya kaget. “Belum sempat,” jawabnya sambil tetap memandang layar laptopnya. “Mas ngapain, kok malam-malam bangun?” tanya Cinthya. “Aku mau shalat tahajud de.” Jawab Bimo.

“Duuuhhh, mas kok ga istrahat aja sih, nanti kalo kecapean lagi gimana? Si mbo kan masih di kampung, belum tau pulangnya kapan, aku kan besok harus meeting, nanti kalau mas kumat bagaimana?” Kata Cinthya panjang lebar. Bimo tak memperdulikannya. Ia tetap berjalan ke kamar mandi untuk berwudhu.

Cinthya menutup laptopnya. Pikirannya kacau, tidak bisa konsentrasi. Ia pun memutuskan untuk tidur. Besok aku tidak boleh terlambat, gumamnya dalam hati. Cinthya mendengar suara Bimo sedang berdoa, sayup-sayup Cinthya mendengar suara isak Bimo. Cinthya menutup rapat kupingnya dengan bantal. Ukh, cengeng banget sih, sakit kok diratapi, bukannya dihadapi, ketus Cinthya dalam hati.
………………………………………………………………………………

Sore itu Cinthya memutuskan untuk pulang lebih lebih cepat. Ia ingin istirahat di rumah. Hari ini adalah hari yang melelahkan. Pagi hari ia bertemu klien dan langsung presentasi. Siang ia meeting lagi dengan beberapa anak perusahaan untuk mempersiapkan target tahun depan. Yang terbayang di benak Cinthya hanyalah kamarnya yang nyaman dan dingin. Cinthya sudah tidak sabar.

Tiba-tiba Cinthya menghetikan mobilnya dengan mendadak. Ia bingung. Kenapa jalan menuju rumahnya ramai, ada bendera kuning. Ada tetangga yang meninggal rupanya, gumam Cinthya dalam hati.

Tiba-tiba, sorang lelaki mendekati mobilnya. “Maaf, ibu Bimo yah, bisa turun sebentar bu, saya pak Irwan ketua RT ibu, saya mau bicara sebentar dengan ibu ,” kata pria itu. “Oh ya, sebentar, saya parkir mobil dulu” jawab Cinthya bingung.

“Maaf sekali lagi bu, tadi saya dan beberapa tetangga sudah mencoba menghubungi telpon ibu berkali-kali, tapi selalu sibuk, saya hubungi sekretaris ibu, katanya ibu lagi rapat dan tidak bisa diganggu.” Jelas pak RT pada Cinthya. “Iya, memang saya hari ini sibuk sekali pak, memangnya ada apa ya pak, oya, siapa tetangga kita yang meninggal pak?”tanya Cinthya.

“Silakan ibu duduk dulu,” pak RT mempersilakan Cinthya untuk duduk. “Maaf pak, sebelumnya, bukannya saya menolak untuk berbincang dengan bapak, tapi saya hari ini capek sekali, saya ingin cepat pulang dan istrahat, maaf ya pak,” jelas Cinthya sambil hendak meninggalkan pak RT. “Bu, yang meninggal suami ibu, bapak Bimo, tadi jam sebelas siang.” Cinthya kaget. Ia tak mampu berkata, ditatapnya pak RT tak percaya. Cinthya pu pingsan.

………………………………………………………………………………

Cinthya menatap wajah kaku suaminya. Mas Bimo. Maafkan aku mas. Aku tidak ada disampingmu. Cinthya menggenggam tangan suaminya. Dingin. Wajah Bimo seperti orang yang sedang tidur. Bibirnya menyunggingkan senyum tulus. Cinthya kembali menangis.

“Cin, ini, ada surat dari Bimo.” suara Rudi, adik Bimo mengagetkannya. Cinthya mengambil surat yang ada di tangan Rudi. “Sebaiknya dibaca nanti saja, sekarang kita urus jenazah kakak dulu.” Kata Rudi, seakan mengerti apa yang hendak Cinthya lakukan.

Sore itu, para pelayat mengantarkan Bimo ke tempat perisirahatannya yang terakhir. Diiringi rintik hujan dan angin yang semilir. Cinthya berjalan pelan di belakang jenazah Bimo. Rudi, adik iparnya sebenarnya sudah melarang Cinthya utuk ikut ke kuburan, namun Cinthya menolak, ia bersikukuh untuk ikut.

Perlahan, jenazah Bimo dimasukkan ke liang kubur, Cinthya tak kuasa menahan tangisnya. Hingga iapun kembali pingsan.
………………………………………………………………………………

Cinthya masih memandang surat itu, ia menyesal atas kelakuannya akhir-akhir ini. Dibukanya kembali surat dari Bimo, dan dibacanya kembali…

“Cinthya, aku minta maaf tidak bisa memberi kebahagiaan seperti yang kamu harapkan. Tidak bisa memberimu kebanggaan. Aku terlalu lemah menghadapi penyakit ku. Aku tau, kamu malu dengan teman-temanmu, malu dengan kondisiku yang sakit-sakitan dan tidak mempunyai usaha lagi. Cinthya, aku sangat menyayangimu, aku tidak mau menyusahkanmu. Aku akan memberikan semua milikku untukmu. Rumah ini dan beberapa investasiku, sudah aku hibahkan atas namamu. Kamu tidak usah susah-susah lagi bekerja de, tidak usah kerja sampai malam lagi, tidak usah pergi ke luar kota lagi untuk mendapatkan klien. Semua sudah aku urus dengan Rudi. Aku hanya ingin kita bisa seperti dulu lagi, menghabiskan waktu berdua. Berdiskusi berdua. Jalan-jalan berdua. Tapi aku sadar, kamu pasti tidak mau de, dan aku mengerti, usiamu masih muda, masih banyak yang ingin kamu capai. Aku mengerti de.

Karena itu, aku memutuskan untuk tinggal di kampung, aku sudah menghubungi si mbok, dan si mbok bersedia untuk menjagaku. Sebenarnya aku ingin pamit denganmu, tapi sulit sekali untuk menemukan waktu berbicara denganmu de, bahkan untuk sekedar telpon pun kamu begitu sibuk. Tapi, aku mengerti de, aku sangat mengerti.

Jika surat ini kamu baca, aku sudah dalam perjalanan ke kampung bersama Rudi. Jaga diri kamu ya de, sungguh, ini aku lakukan bukan karena aku tidak mencintaimu, justru aku tidak ingin merepotkanmu dengan penyakitku ini. Di dalam lemari, sudah aku siapkan surat-surat pemilikan beberapa rumah serta saham dan tabungan.

De, aku sangat berharap kamu mau menyusulku ke kampung. Kita mulai lagi hidup yang baru. Namun, jika kamu tidak mau, aku sangat memahami, aku sangat mengerti.”

Bimo yang selalu mencintai kamu, Cinthya, istriku…

UNTAIAN HIKMAH

:: BUKU TELEPON ::

Beberapa tahun yang lalu, mulai pertengahan Bulan Juni, biasanya kita menukar bukti pembayaran telepon dengan Buku Petunjuk Telepon berikut Halaman Kuningnya. Namun sejak berkembangnya telepon seluler, kebiasaan tersebut tidak pernah Saya lihat lagi. Entahlah mungkin karena banyak cara pembayara...n telepon mulai dari ATM, Kartu Kredit, Kuasa Debet, sampai SMS Banking atau Internet Banking sehingga orang mulai jarang berhubungan lagi dengan Kantor Layanan Telkom untuk mendapatkan Buku Telepon di maksud.

Kadang-kadang buku Telepon tersebut keberadaannya tidak begitu diperhatikan, hanya sesekali saja apabila kita mencari nama seseorang. Namun siapa sangka, keberadaan buku tersebut bisa membuat seorang anak menjadi bangga dan bahagia. Sebuah cerita yang mungkin nyata terjadi di antara Kita. Kita ikuti saja yuk ... yuk kisahnya!
*****

Suatu ketika di ruang kelas sekolah menengah, terlihat suatu percakapan yang menarik. Seorang guru, dengan buku di tangan, tampak menanyakan sesuatu kepada murid-muridnya di depan kelas.

"Anak-anak, kita sudah hampir memasuki saat-saat terakhir bersekolah di sini. Setelah 3 tahun,
pencapaian terbesar apa yang membuatmu bahagia? Adakah hal-hal besar yang kalian peroleh selama ini?"

Murid-murid tampak saling pandang. Terdengar suara lagi dari guru, "Ya,ceritakanlah satu hal terbesar yang terjadi dalam hidupmu...".

Lagi-lagi semua murid saling pandang, hingga kemudian tangan guru itu menunjuk pada seorang murid. "Nah, kamu Budi, adakah hal besar yang kamu temui? Berbagilah dengan teman-temanmu...".

Sesaat, terlontar sebuah cerita dari si murid, "Seminggu yang lalu, adalah masa yang sangat besar
buatku. Orangtuaku, baru saja membelikan sebuah motor, persis seperti yang aku impikan selama ini".

Matanya berbinar, tangannya tampak seperti sedang menunggang sesuatu. "Motor sport dengan lampu yang berkilat, pasti tak ada yang bisa mengalahkan kebahagiaan itu!"

Sang guru tersenyum. Tangannya menunjuk beberapa murid lainnya. Maka,terdengarlah beragam cerita dari murid-murid yang hadir. Ada anak yang baru saja mendapatkan sebuah mobil. Ada pula yang baru dapat melewatkan liburan di luar negeri. Sementara, ada murid yang bercerita tentang keberhasilannya mendaki gunung.

Semuanya bercerita tentang hal-hal besar yang mereka temui dan mereka dapatkan. Hampir semua telah bicara, hingga terdengar suara dari arah belakang. "Pak Guru..Pak, aku belum bercerita".

Rupanya, ada seorang anak di pojok kanan yang luput dipanggil. Matanya berbinar. Mata yang sama seperti saat anak-anak lainnya bercerita tentang kisah besar yang mereka punya.

"Maaf, silahkan, ayo berbagi dengan kami semua", ujar Pak Guru kepada murid berambut lurus itu.
"Apa hal terbesar yang kamu dapatkan?", Pak Guru mengulang pertanyaannya kembali.

"Keberhasilan terbesar buatku, dan juga buat keluargaku adalah..saat nama keluarga kami tercantum dalam buku telpon yang baru terbit 3 hari yang lalu".

Sesaat senyap. Sedetik kemudian, terdengar tawa-tawa kecil yang memenuhi ruangan kelas itu. Ada
yang tersenyum simpul, terkikik-kikik, bahkan tertawa terbahak mendengar cerita itu.

Dari sudut kelas, ada yang berkomentar, "Ha? Aku sudah sejak lahir menemukan nama keluargaku di buku telpon. Buku Telpon? Betapa menyedihkan...hahaha".

Dari sudut lain, ada pula yang menimpali, "Apa tak ada hal besar lain yang kamu dapat selain hal yang lumrah semacam itu?"

Lagi-lagi terdengar derai-derai tawa kecil yang masih memenuhi ruangan. Pak Guru berusaha menengahi situasi ini, sambil mengangkat tangan. "Tenang sebentar anak-anak, kita belum mendengar cerita selanjutnya. Silahkan teruskan, Nak...".

Anak berambut lurus itu pun kembali angkat bicara. "Ya. Memang itulah kebahagiaan terbesar yang pernah aku dapatkan. Dulu, Ayahku bukanlah orang baik-baik. Karenanya, kami sering berpindah-pindah rumah. Kami tak pernah menetap, karena selalu merasa di kejar polisi".

Matanya tampak menerawang. Ada bias pantulan cermin dari kedua bola mata anak itu, dan ia melanjutkan. "Tapi, kini Ayah telah berubah. Dia telah menjadi Ayah yang baik buat keluargaku. Sayang, semua itu butuh waktu dan usaha. Tak pernah ada Bank dan Yayasan yang mau memberikan pinjaman modal buat bekerja."

"Hingga setahun lalu, ada seseorang yang rela meminjamkan modal buat Ayahku. Dan kini, Ayah
berhasil. Bukan hanya itu, Ayah juga membeli sebuah rumah kecil buat kami. Dan kami tak perlu
berpindah-pindah lagi". Tahukah kalian, apa artinya kalau nama keluargamu ada di buku telpon? Itu artinya, aku tak perlu lagi merasa takut setiap malam dibangunkan ayah untuk terus berlari. Itu artinya, aku tak perlu lagi kehilangan teman-teman yang aku sayangi. Itu juga berarti, aku tak harus tidur setiap malam di dalam mobil yang dingin. Dan itu artinya, aku, dan juga keluargaku, adalah sama derajatnya dengan keluarga-keluarga lainnya".

Matanya kembali menerawang. Ada bulir bening yang mengalir. "Itu artinya, akan ada harapan-harapan baru yang aku dapatkan nanti...". Kelas terdiam.

*****
Sesungguhnya orang yang BERBAHAGIA bukanlah orang yang HEBAT dalam segala hal, tapi orang yang bisa menemukan hal-hal SEDERHANA dalam hidupnya dan mengucap SYUKUR

Ketika kehidupan memberimu 100 alasan untuk MENANGIS, carilah 1.000 alasan untuk tetap TERSENYUM

::: Indahnya Dirimu :::

(¯`v´¯)
`•.¸.•´`•.¸.¸¸.•*¨¨*•.¸¸❤`•.¸.¸¸.•*
:::BUNGA MAWAR DI HATI KITA ::: .•*´¨`*•.♥♥

Suatu ketika, ada seseorang pemuda yang mempunyai sebuah bibit mawar. Ia ingin sekali menanam mawar itu di kebun belakang rumahnya. Pupuk dan sekop kecil telah disiapkan. Bergegas, disiapkannya pula pot kecil tempat mawar itu akan tumbuh berkembang. Dipilihnya pot yang terbaik, dan diletakkan pot itu di sudut yang cukup mendapat sinar matahari. Ia berharap, bibit ini dapat tumbuh dengan sempurna.

Disiraminya bibit mawar itu setiap hari. Dengan tekun, dirawatnya pohon itu. Tak lupa, jika ada rumput yang menganggu, segera disianginya agar terhindar dari kekurangan makanan. Beberapa waktu kemudian, mulailah tumbuh kuncup bunga itu. Kelopaknya tampak mulai merekah, walau warnanya belum terlihat sempurna. Pemuda ini pun senang, kerja kerasnya mulai membuahkan hasil.

Diselidikinya bunga itu dengan hati-hati. Ia tampak heran, sebab tumbuh pula
duri-duri kecil yang menutupi tangkai-tangkainya. Ia menyesalkan mengapa
duri-duri tajam itu muncul bersamaan dengan merekahnya bunga yang indah ini. Tentu, duri-duri itu akan menganggu keindahan mawar-mawar miliknya.

Sang pemuda tampak bergumam dalam hati, “Mengapa dari bunga seindah ini, tumbuh banyak sekali duri yang tajam? Tentu hal ini akan menyulitkanku untuk merawatnya nanti. Setiap kali kurapihkan, selalu saja tanganku terluka. Selalu saja ada ada bagian dari kulitku yang tergores. Ah pekerjaan ini hanya membuatku sakit. Aku tak akan membiarkan tanganku berdarah karena duri-duri penganggu ini.”

Lama kelamaan, pemuda ini tampak enggan untuk memperhatikan mawar miliknya. Ia mulai tak peduli. Mawar itu tak pernah disirami lagi setiap pagi dan petang. Dibiarkannya rumput-rumput yang menganggu pertumbuhan mawar itu. Kelopaknya yang dahulu mulai merekah, kini tampak merona sayu. Daun-daun yang tumbuh di setiap tangkai pun mulai jatuh satu-persatu. Akhirnya, sebelum berkembang dengan sempurna, bunga itu pun meranggas dan layu.

=====

Sahabat, kisah tadi memang sudah selesai. Tapi, ada ada satu pesan moral yang bisa kita raih didalamnya. Jiwa manusia, adalah juga seperti kisah tadi. Di dalam setiap jiwa, selalu ada ‘mawar’ yang tertanam. Allah lah yang meletakkan kemuliaan itu di setiap Qalbu kita. Layaknya taman-taman berbunga, sesungguhnya di dalam jiwa kita, juga ada tunas mawar dan duri yang akan merekah.

Namun sayang, ada sebagian dari kita yang hanya melihat “duri” yang tumbuh. Merasakan hanya kelemahan yang ada pada dirinya. Merasa hanya menjadi beban bagi orang lain. Banyak dari saudara kita yang hanya melihat sisi buruk, sehingga dalam menjalani kehidupan ini dipenuhi dengan kepesimisan seolah menolak keberadaan mereka sendiri. Saudara kita itu sering kecewa dengan dirinya dan tidak mau menerimanya. Mereka berpikir bahwa hanya hal-hal yang melukai yang akan tumbuh dari nya. Sehingga menolak untuk “menyirami” hal-hal baik yang sebenarnya telah ada dan tak pernah memahami potensi yang dimilikinya.

Mereka juga sebenarnya memiliki mawar yang indah di dalam jiwa. Banyak orang yang tak menyadari, adanya mawar itu.

Sahabat, jika kita bisa menemukan “mawar-mawar” indah yang tumbuh dalam jiwa itu,
kita akan dapat mengabaikan duri-duri yang muncul. Kita, akan terpacu untuk
membuatnya merekah, dan terus merekah hingga berpuluh-puluh tunas baru akan muncul. Pada setiap tunas itu, akan berbuah tunas-tunas kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, yang akan memenuhi taman-taman jiwa kita. Kenikmatan yang terindah adalah saat kita berhasil untuk menunjukkan pada mereka akan keberadaan mawar-mawar itu, dan mengabaikan duri-duri yang muncul.

Semerbak harumn mawar pada hati mereka akan menghiasi hari-hari kita. Aroma keindahan yang ditawarkannya, adalah layaknya ketenangan air telaga yang menenangkan keruwetan hati. Mari, kita temukan “mawar-mawar” ketenangan, kebahagiaan, kedamaian itu dalam jiwa-jiwa kita, dan kembali kita bagikan pada mereka yang merasa tersisih dan tersingkir. Mungkin, ya, mungkin, kita akan juga berjumpa dengan onak dan duri, tapi janganlah itu membuat kita berputus asa. Mungkin, tangan-tangan kita akan tergores dan terluka, tapi janganlah itu membuat kita bersedih nestapa. Kebahagiaan kita adalah saat kita menemukan mereka, jiwa-jiwa yang tersisih, jiwa-jiwa yang pesimis, tersenyum bahagia, seolah menemukan udara disaat mereka akan kehabisan oksigen

Selamat berkebun!!

Minggu, 26 Juni 2011

‎**~ FROM AKHI TO UKHTI **~

Ukhti...
Diamku bukan berarti ku tak cinta
Diamku bukan berarti ku tak peduli
...Namun diamku berarti seribu bahasa cinta.
Bahasa cinta yang tak kau mengerti
Bahasa cinta yang tak kau pahami
dan bila saatnya halal, ku ingin mengajarimu bahasa cintaku.

Ukhti...
Diamku bukan berarti ku tak peduli
Diamku bukan berarti ku tak rindu
Namun diamku karena aku sayang padamu
Diamku karena ku tak mau menyakitimu
Ku tak ingin kau merasakan sesaknya memendam
Biarlah aku yang merasakan beratnya tarikan nafas.

Diamku karna aku tak tahu takdir-Nya...
Aku hanya memohon,
Aku hanya berharap.
Suatu saat cintaku halal bagimu.

Ukhti...
Diamku tak berarti ku membenci
Namun diamku karna ku taat pada Robbku,
Diamku karna ingin mencintaimu karna-Nya
Diamku bukan berarta ku bisu
Diamku bukan berarti ku tak cinta
Diamku karna ku tak dapat mendefinisikan cinta
karna cinta tak dapat di definisikan dengan kata kata.

Ukhti...
Mungkin saja kau bukan jodohku...
Tapi mungkin juga iya...
Jika kau adalah jodohku, maka diamku adalah caraku mendapatkanmu agar Dia memberikan senyuman-Nya ketika kita bersatu.
Memberikan rahmat-Nya ketika kita membangun rumah tangga.
Karna senyuman-Nya adalah Ridho-Nya.

Jika kau adalah jodohku ku tak ingin mendapatkanmu dengan cara dilempar murka Oleh-Nya. Ku tak ingin cinta yang kita jalani tanpa Ridho-Nya. Ku tak ingin memulai ibadah dengan maksiat.

Semoga bermanfaat buat para akhwat dan ikhwan nya dalam memandang arti cinta dan menjaga pandangan sebelum halal,sebelum terlanjur jauh tersesat.
karya : Akhi Arya Saputra

salam ukhuwah selalu