Senin, 27 Juni 2011

(¯`v´¯) `•.¸.•´`•.¸.¸¸.•*¨¨*•.¸¸❤`•.¸.¸¸.•*❤ (¯`v´¯)♥:(¯`v´¯)♥ PERSAHABATAN DAN CINTA `•.¸.•`¸.´`•.¸.•`¸.´`•.¸.•`¸.``•.¸.•`¸.``•.¸.•`¸.``•.¸.•¸.´``•.¸.•",.•"

(¯`v´¯)
`•.¸.•´`•.¸.¸¸.•*¨¨*•.¸¸❤`•.¸.¸¸.•*❤
(¯`v´¯)♥:(¯`v´¯)♥ PERSAHABATAN DAN CINTA
`•.¸.•`¸.´`•.¸.•`¸.´`•.¸.•`¸.``•.¸.•`¸.``•.¸.•`¸.``•.¸.•¸.´``•.¸.•",.•"


Adakah persahabatan kita seperti sinar mentari sendu yang selalu hadir setelah hujan, hingga melukis warna-warni pelangi
Indah……………………………..
Jika aku memerlukan nasehatmu kau mendengarkan tanpa memotong pembicaraanku, lalu kau memberi solusi walau hanya satu jeda.
Sudah semestinya jika kau memerlukan nasehatku, aku akan mendengarkan tanpa memotong gerak lidahmu, lalu aku memberi solusi yang aku mampu, walau hanya sepenggal makna.
Indah……………………………..

Adakah persahabatan kita membuat tempat yang nyaman untuk bersembunyi, hingga menyelimuti disaat gundah menggigil.
Indah……………………………..
Jika aku memerlukan sandaran, kau merelakan tanganmu terbuka tanpa mengharap kepalanku, lalu kau memberi kenyamanan walau hanya satu helai.
Sudah semestinya jika kau memerlukan tempat bersandar, aku rela bahuku menanggung beban tanpa memohon apapun, lalu aku melantunkan nyanyian yang kau suka, walau terngiang sumbang.
Indah………………………….....

Adakah persahabatan kita memiliki bahasa hati yang hanya dapat disentuh dengan hati.
Janganlah kau berharap Cinta dan Kasih Sayang bila kau tak menanamnya.

Dan janganlah pernah berniat, bila kau sakit hati membalasnya dengan keburukan karena engkaulah terlebih dahulu yang akan merasakan sakitnya.

Lihatlah sejenak sebuah pohon yang rindang dengan buahnya yang ranum di seberangmu, bila kau lempari ia dengan batu, ia akan membalasnya dengan buah
Begitulah! Bila kau lempari aku dengan suasana tak ramah, aku akan membalasnya dengan senyum



Lalu jangan pernah menyentuh hidupku bila kau hanya akan menghancurkan perasaan.
Bersusah payah menundukkanku dengan berbagai cara
Kala rebahku tlah berlabuh dan terdampar, lalu kau abaikan
Dan jangan pernah menatap mataku lebih jauh jika semua yang kau lakukan adalah menipu, hingga tiba dalam satu hal yang paling kejam, membiarkan cinta itu terjadi dan tak terbalas……….
Layaknya sebuah KEMATIAN YANG TERTUNDA.
Lalu, mengutuk Cinta yang sebenarnya indah dan melontarkan pertanyaan syetan
“Kenapa Neraka terbuat dari api, bukankah cinta selain membakar jiwa, akan merobek dan meluluhlantakkan seisi hati hingga binasa!”
Astagfirulloh al’adzim

Saudaraku!!!

Kemarahan hanyalah satu kata yang dekat dengan bahaya.
Tanamkan berbagai pikiran positif
Buah pikiran yang besar membicarakan ide-ide
Buah pikiran yang sedang membicarakan peristiwa-peristiwa
Dan Buah pikiran yang kerdil membicarakan orang-orang.

Lumrah!
Dalam sebuah persahabatan terkadang berakhir dengan Cinta
Dan dalam sebuah percintaan tak selamanya berakhir dengan dengan persahabatan
Satu hal yang pasti!
Bila dihayati dalam setiap persahabatan dan percintaan selalu ada satu kenangan indah dan beberapa duka.
Mereka yang kehilangan uang, kehilangan banyak
Mereka yang kehilangan seorang sahabat, kehilangan lebih banyak
Dan mereka yang kehilangan keyakinan diri dan cinta, kehilangan segalanya.

Pleaze Smile dengan Luapan Kasih Sayang Sahabat!!

♥♫♥♫♥♫♥♥♫♥♫♥♫♥♥♫♥♫

KETIKA TUHAN BICARA

KETIKA TUHAN BICARA

Seorang Manusia berbisik, “Tuhan, bicaralah padaku.”
Dan burung kutilang pun bernyanyi. Tapi, manusia itu tidak mendengarkannya.

Maka, Manusia itu berteriak, “Tuhan, bicaralah padaku!”
Dan guntur dan petir pun mengguruh. Tapi, Manusia itu tidak mendengarkannya.

Manusia itu melihat sekelilingnya dan berkata, “Tuhan, biarkan aku melihat Engkau.”
Dan bintang pun bersinar terang. Tapi, Manusia itu tidak melihatnya.

Dan, Manusia berteriak lagi, “Tuhan, tunjukkan aku keajaiban!” Mu”
Dan seorang bayi pun lahirlah. Tapi, manusia itu tidak menyadarinya.

Maka, ia berseru lagi dalam keputus-asaannya, “Jamahlah aku, Tuhan!”
Dan segera, Tuhan pun turun dan menjamahnya. Seekor kupu-kupu hadir dihadapannya.
Tapi, manusia itu malah mengusir kupu-kupu tersebut dan terus berjalan.

Betapa hal ini semua sebenarnya mengingatkan pada kita bahwa Tuhan selalu hadir di sekitar kita dalam bentuk sederhana dan kecil yang sering kita anggap lalu, bahkan dalam era elektronik ini …

Karenanya saya ingin menambahkan satu lagi:
Manusia itu berseru, “Tuhan, aku membutuhkan pertolonganmu!”
Dan datanglah pesan ini melalui BERANDA KITA dengan berita-berita baik dan menguatkan.

Namun, ia justru menghapusnya dan terus berkeluh-kesah, ...
Berita baik itu adalah bahwa Anda MASIH DICINTAI ORANG LAIN !

Janganlah kita mencampakkan suatu anugerah, hanya karena anugerah itu tidak dikemas dalam bentuk yang diinginkan dan dimengerti oleh kita.
**************

** INGAT BEBEK **

** INGAT BEBEK **

Ada seorang bocah laki-laki sedang berkunjung ke kakek dan neneknya dipertanian mereka. Dia mendapat sebuah katapel untuk bermain-main di hutan. Dia berlatih dan berlatih tetapi tidak pernah berhasil mengenai sasaran. Dengan kesal dia kembali pulang untuk makan malam.

Pada waktu pulang, dilihatnya bebek peliharaan nen...eknya. Masih dalam keadaan kesal, dibidiknya bebek itu dikepala, matilah si bebek. Dia terperanjat dan sedih. Dengan panik, disembunyikannya bangkai bebek didalam timbunan kayu, dilihatnya ada kakak perempuannya mengawasi. Dara melihat semuanya, tetapi tidak berkata apapun.

Setelah makan, nenek berkata, "Dara, cuci piring."

Tetapi Dara berkata, "Nenek, Jaka berkata bahwa dia ingin membantu didapur, bukankah demikian Jaka?"

Dan Dara berbisik, "Ingat bebek?"

Jadi Jaka mencuci piring.

Kemudian kakek menawarkan bila anak-anak mau pergi memancing, dan nenek berkata, "Maafkan, tetapi aku perlu Dara untuk membantu menyiapkan makanan."

Tetapi Dara tersenyum dan berkata, "Tidak apa-apa, karena Jaka memberitahu kalau ingin membantu."

Kembali dia berbisik, "Ingat bebek?"

Jadi Dara pergi memancing dan Jaka tinggal dirumah.

Setelah beberapa hari Jaka mengerjakan tugas-tugasnya dan juga tugas-tugas Dara, akhirnya dia tidak dapat bertahan lagi.Ditemuinya nenek dan mengaku telah membunuh bebek neneknya dan meminta ampun.

Nenek berlutut dan merangkulnya, katanya, "Sayangku, aku tahu. Tidakkah kau lihat, aku berdiri di jendela dan melihat semuanya. Karena aku mencintaimu, aku memaafkan. Hanya aku heran berapa lama engkau akan membiarkan Dara memanfaatkanmu."
*****

Sahabat BERANDA KITA sekalian, tingkah Dara persis seperti kita lihat dalam keseharian kita. Kita sering memanfaatkan kesalahan orang lain untuk mengeruk keuntungan pribadi. Padahal Allah SWT Yang Maha Tahu melihat di "jendela"-Nya.

Akhir kata mari kita simak untaian kata di bawah ini :

"Aku tidak tahu masa lalumu.
Aku tidak tahu dosa apakah yang dilemparkan musuh ke mukamu.
Tetapi apapun itu, aku ingin memberitahu sesuatu.
Tuhan juga selalu berdiri di jendela.
Dan Dia melihat segalanya.

Dan karena Dia mencintaimu,
Dia akan mengampunimu bila engkau memintanya.
Hanya Dia heran melihat berapa lama engkau membiarkan musuh memperbudakmu.
Hal yang luar biasa adalah Dia tidak hanya mengampuni, ttapi Dia juga tidak mengingat-ingat lagi dosamu."

(¯`v´¯) ♥♥♥•♥•♥ `•.¸.•´ ♥♥..CINTA JANGAN KAU PERGI (¯`v´¯) `•.¸.•´`•.¸.¸¸.•*¨¨*•.¸¸❤`•.¸.¸¸.•*❤

(¯`v´¯) ♥♥♥•♥•♥
`•.¸.•´ ♥♥..CINTA JANGAN KAU PERGI (¯`v´¯)
`•.¸.•´`•.¸.¸¸.•*¨¨*•.¸¸❤`•.¸.¸¸.•*❤

Cinthya membunyikan klakson beberapa kali di depan pagar rumahnya. “Ugh, kemana saja orang rumah, kok ga ada satupun yang membukakan pagar,” gumam Cintyha dalam hati. Dibunyikan nya lagi klakson mobil agak lama. Dari dalam rumah, keluar sosok pria berjalan agak tergopoh-gopoh. Cintyha segera beranjak turun dari mobil.

“Kok mas yang buka pagar, si mbok kemana?” tanya Cithya heran pada suaminya. “Masuklah dulu, nanti didalam aku ceritakan.” Jawab Bimo, suami Cintyha sambil membukakan pagar. Cintyha naik kembali ke mobil, dan segera memasukkan mobilnya ke garasi rumahnya.

“Memang si mbok kemana sih mas?” tanya Cinthya lagi pada suaminya, setelah mereka berdua sama-sama duduk di meja makan. “Si mbok minta ijin pulang, anaknya sakit, ga ada yang ngurus. Ya, aku ijinkan.” Jawab Bimo.

Cinthya kaget ,”Mas ini gimana sih, kok ga bilang-bilang ke aku, kan bisa telpon mas, kalo si mbok pulang, trus yang ngurus rumah siapa, aku kan sibuk di kantor, kamu gimana sih,” kata Cinthya pada suaminya panjang lebar.


“Aku tadi telpon-telpon kamu terus kok. tapi ga pernah kamu angkat. Aku telpon ke sekretarismu, katanya kamu lagi meeting, aku telpon lagi, ga diangkat lagi, trus kata sekretarismu lagi meeting lagi.” Bimo berkata sambil meninggalkan Cinthya.

“Mas, aku kan belum selesai ngomong, kok kamu udah pergi sih.” Cinthya berkata sambil mengejar Bimo ke dalam kamar. “Aku cape de, nafasku sesak sejak tadi sore, karena si mbok pulang terburu-buru, dia ga sempat menyiapkan makan malam untukku. Jadi aku tadi ke warung depan sendiri. Aku mau istrahat dulu,” jawab Bimo.

Cinthya cemberut sambil memandangi suaminya. Dibiarkan suaminya berjalan masuk kamar seorang diri. Cinthya kembali duduk di kursi makan. Ia termenung. Mengingat kembali saat-saat pertama kali menikah dengan Bimo.

Usia mereka memang terpaut jauh, tujuh belas tahun. Waktu itu Bimo berumur tiga puluh tujuh tahun, sedangkan Cinthya baru berumur dua puluh tahun. Saat itu Cinthya sangat mengagumi sosok Bimo yang kebapaan, sangat perhatian dengan Cinthya. Walau banyak pertentangan pada keluarga masing-masing, namun berdua tetap bersikukuh untuk menikah.

Saat-saat awal pernikahan, semua terasa indah bagi Cinthya, semua yang ia bayangkan tentang sosok suami ideal, ada pada Bimo. Bimo juga mendukung agar Cinthya melanjutkan pendidikan hingga S2. Karir Cinthya pun bagus, sedangkan usaha Bimo semakin berkembang.

Masalah mulai muncul saat lima tahun perkawinan, mereka belum juga dikaruniai seorang anak. Walau telah berusaha hingga keluar negeri. Keduanya sehat, hanya saja entah kenapa hingga tahun kelima, mereka belum juga mendapatkan anak. Cinthyapun mulai melampiaskan rasa kecewanya ke pekerjaannya. Ia mulai pulang malam, sering rapat di luar kota, meninggalkan suami hingga satu minggu. Walaupun karirnya menanjak, namun waktu pertemuannya dengan Bimo semakin berkurang.

Dan puncaknya adalah di tahun pernikahan mereka yang kesepuluh. Bimo terserang penyakit gagal ginjal yang menyebabkannya untuk melakukan cuci darah tiga bulan sekali. Cinthya yang sedang berada di puncak karir merasa terganggu dengan penyakit yang diderita Bimo, karena ia harus selalu ada di sisi suaminya pada saat cuci darah, sedangkan ia pun tidak bisa meninggalkan pekerjaan di kantornya.

Akhirnya ia memutuskan untuk mencari pembantu yang khusus untuk merawat suaminya. Si mbok. Didatangkan dari kampungnya. Si mboklah yang selama ini telaten mengurus Bimo. Saat ke rumah sakitpun untuk cuci darah, Bimo ditemani dengan si mbok dan sopir Cinthya.

Karena penyakit gagal ginjal yang diderita Bimo, maka perlahan, usaha Bimo pun mengalami penurunan. Ia tak lagi bisa maksimal dalam bekerja. Banyak pekerjaan yang diselesaikan di rumah, itupun masih harus dibantu oleh beberapa karyawannya. Selain karena penyakitnya, usia Bimo yang menginjak lima puluh pun turut memperngaruhi daya tahan fisiknya. Akhirnya, Bimo pun memutusan untuk menjual asset perusahaannya dan menginvestasikan uangnya.

Hal inilah yang membuat Cinthya kecewa. Ia malu dengan rekan-rekan bisnisnya. Ia malu karena suaminya tidak bekerja lagi dan hanya tinggal di rumah.

Cinthya memandang pintu kamar. Ingin rasanya masuk ke kamar untuk beristirahat, namun ketika ia ingat kembali Bimo, rasanya malas sekali untuk berbaring di samping suaminya itu. Cinthya kecewa, karena sejak Bimo menderita penyakit, ia seperti orang yang putus asa, bagi Cinthya, hari-hari Bimo hanya dihabiskan untuk meratapi nasibnya. Itulah yang membuat Cinthya kecewa. Seadainya Bimo lebih semangat, lebih optimis, lebih berusaha lagi, ya seandainya….. gumam Cinthya dalam hati.

Akhirnya Cinthya masuk ke dalam kamarnya. Di tatapnya Bimo. Ditatapnya obat-obat disamping tempat tidur suaminya. Ada kurang lebih lima jenis obat yang harus rutin diminum Bimo setiap harinya. Cinthya memandangi wajah Bimo lekat-lekat. Wajah yang dulu begitu gagah, badan yang dulu begitu tegap. Kini badan itu mulai menghitam, wajah Bimo pun ikut menghitam karena cuci darah yang ia lakukan. Badan Bimo saat ini kurus, kulitnya mengerut. Mas, kamu keliatan lebih tua dari usiamu, resah Cinthya dalam hati.

Perlahan, Cinthya mengusap kepala Bimo. Rambut yang dulu tebal, kini mulai rontok dan memutih. Cinthya meneteskan air matanya. Inilah pria yang dulu sangat aku cintai. Dulu…. bagaimana dengan sekarang Cinthya??.... tanya Cinthya sendiri dalam hati. Mas, kamu begitu baik padaku, selama sepuluh tahun menikah, tak sekalipun kamu membentakku, apapun mauku, kamu selalu berusaha untuk memenuhinya, kamu juga tidak pernah protes jika aku banyak menghabiskan waktu di kantor, menghabiskan waktu untuk bertemu klien, dan masih banyak lagi….

Cinthya membuka laptopnya, masih ada beberapa pekerjaan yang harus ia selesaikan. Jam menunjukkan pukul satu dini hari. Cinthya masih berkutat dengan data-data. Tak sadar ia akan kehadiran Bimo disampingnya. Bimo menepuk pelan bahunya. “Sudah shalat Isya de?” tanya Bimo. Cinthya kaget. “Belum sempat,” jawabnya sambil tetap memandang layar laptopnya. “Mas ngapain, kok malam-malam bangun?” tanya Cinthya. “Aku mau shalat tahajud de.” Jawab Bimo.

“Duuuhhh, mas kok ga istrahat aja sih, nanti kalo kecapean lagi gimana? Si mbo kan masih di kampung, belum tau pulangnya kapan, aku kan besok harus meeting, nanti kalau mas kumat bagaimana?” Kata Cinthya panjang lebar. Bimo tak memperdulikannya. Ia tetap berjalan ke kamar mandi untuk berwudhu.

Cinthya menutup laptopnya. Pikirannya kacau, tidak bisa konsentrasi. Ia pun memutuskan untuk tidur. Besok aku tidak boleh terlambat, gumamnya dalam hati. Cinthya mendengar suara Bimo sedang berdoa, sayup-sayup Cinthya mendengar suara isak Bimo. Cinthya menutup rapat kupingnya dengan bantal. Ukh, cengeng banget sih, sakit kok diratapi, bukannya dihadapi, ketus Cinthya dalam hati.
………………………………………………………………………………

Sore itu Cinthya memutuskan untuk pulang lebih lebih cepat. Ia ingin istirahat di rumah. Hari ini adalah hari yang melelahkan. Pagi hari ia bertemu klien dan langsung presentasi. Siang ia meeting lagi dengan beberapa anak perusahaan untuk mempersiapkan target tahun depan. Yang terbayang di benak Cinthya hanyalah kamarnya yang nyaman dan dingin. Cinthya sudah tidak sabar.

Tiba-tiba Cinthya menghetikan mobilnya dengan mendadak. Ia bingung. Kenapa jalan menuju rumahnya ramai, ada bendera kuning. Ada tetangga yang meninggal rupanya, gumam Cinthya dalam hati.

Tiba-tiba, sorang lelaki mendekati mobilnya. “Maaf, ibu Bimo yah, bisa turun sebentar bu, saya pak Irwan ketua RT ibu, saya mau bicara sebentar dengan ibu ,” kata pria itu. “Oh ya, sebentar, saya parkir mobil dulu” jawab Cinthya bingung.

“Maaf sekali lagi bu, tadi saya dan beberapa tetangga sudah mencoba menghubungi telpon ibu berkali-kali, tapi selalu sibuk, saya hubungi sekretaris ibu, katanya ibu lagi rapat dan tidak bisa diganggu.” Jelas pak RT pada Cinthya. “Iya, memang saya hari ini sibuk sekali pak, memangnya ada apa ya pak, oya, siapa tetangga kita yang meninggal pak?”tanya Cinthya.

“Silakan ibu duduk dulu,” pak RT mempersilakan Cinthya untuk duduk. “Maaf pak, sebelumnya, bukannya saya menolak untuk berbincang dengan bapak, tapi saya hari ini capek sekali, saya ingin cepat pulang dan istrahat, maaf ya pak,” jelas Cinthya sambil hendak meninggalkan pak RT. “Bu, yang meninggal suami ibu, bapak Bimo, tadi jam sebelas siang.” Cinthya kaget. Ia tak mampu berkata, ditatapnya pak RT tak percaya. Cinthya pu pingsan.

………………………………………………………………………………

Cinthya menatap wajah kaku suaminya. Mas Bimo. Maafkan aku mas. Aku tidak ada disampingmu. Cinthya menggenggam tangan suaminya. Dingin. Wajah Bimo seperti orang yang sedang tidur. Bibirnya menyunggingkan senyum tulus. Cinthya kembali menangis.

“Cin, ini, ada surat dari Bimo.” suara Rudi, adik Bimo mengagetkannya. Cinthya mengambil surat yang ada di tangan Rudi. “Sebaiknya dibaca nanti saja, sekarang kita urus jenazah kakak dulu.” Kata Rudi, seakan mengerti apa yang hendak Cinthya lakukan.

Sore itu, para pelayat mengantarkan Bimo ke tempat perisirahatannya yang terakhir. Diiringi rintik hujan dan angin yang semilir. Cinthya berjalan pelan di belakang jenazah Bimo. Rudi, adik iparnya sebenarnya sudah melarang Cinthya utuk ikut ke kuburan, namun Cinthya menolak, ia bersikukuh untuk ikut.

Perlahan, jenazah Bimo dimasukkan ke liang kubur, Cinthya tak kuasa menahan tangisnya. Hingga iapun kembali pingsan.
………………………………………………………………………………

Cinthya masih memandang surat itu, ia menyesal atas kelakuannya akhir-akhir ini. Dibukanya kembali surat dari Bimo, dan dibacanya kembali…

“Cinthya, aku minta maaf tidak bisa memberi kebahagiaan seperti yang kamu harapkan. Tidak bisa memberimu kebanggaan. Aku terlalu lemah menghadapi penyakit ku. Aku tau, kamu malu dengan teman-temanmu, malu dengan kondisiku yang sakit-sakitan dan tidak mempunyai usaha lagi. Cinthya, aku sangat menyayangimu, aku tidak mau menyusahkanmu. Aku akan memberikan semua milikku untukmu. Rumah ini dan beberapa investasiku, sudah aku hibahkan atas namamu. Kamu tidak usah susah-susah lagi bekerja de, tidak usah kerja sampai malam lagi, tidak usah pergi ke luar kota lagi untuk mendapatkan klien. Semua sudah aku urus dengan Rudi. Aku hanya ingin kita bisa seperti dulu lagi, menghabiskan waktu berdua. Berdiskusi berdua. Jalan-jalan berdua. Tapi aku sadar, kamu pasti tidak mau de, dan aku mengerti, usiamu masih muda, masih banyak yang ingin kamu capai. Aku mengerti de.

Karena itu, aku memutuskan untuk tinggal di kampung, aku sudah menghubungi si mbok, dan si mbok bersedia untuk menjagaku. Sebenarnya aku ingin pamit denganmu, tapi sulit sekali untuk menemukan waktu berbicara denganmu de, bahkan untuk sekedar telpon pun kamu begitu sibuk. Tapi, aku mengerti de, aku sangat mengerti.

Jika surat ini kamu baca, aku sudah dalam perjalanan ke kampung bersama Rudi. Jaga diri kamu ya de, sungguh, ini aku lakukan bukan karena aku tidak mencintaimu, justru aku tidak ingin merepotkanmu dengan penyakitku ini. Di dalam lemari, sudah aku siapkan surat-surat pemilikan beberapa rumah serta saham dan tabungan.

De, aku sangat berharap kamu mau menyusulku ke kampung. Kita mulai lagi hidup yang baru. Namun, jika kamu tidak mau, aku sangat memahami, aku sangat mengerti.”

Bimo yang selalu mencintai kamu, Cinthya, istriku…

UNTAIAN HIKMAH

:: BUKU TELEPON ::

Beberapa tahun yang lalu, mulai pertengahan Bulan Juni, biasanya kita menukar bukti pembayaran telepon dengan Buku Petunjuk Telepon berikut Halaman Kuningnya. Namun sejak berkembangnya telepon seluler, kebiasaan tersebut tidak pernah Saya lihat lagi. Entahlah mungkin karena banyak cara pembayara...n telepon mulai dari ATM, Kartu Kredit, Kuasa Debet, sampai SMS Banking atau Internet Banking sehingga orang mulai jarang berhubungan lagi dengan Kantor Layanan Telkom untuk mendapatkan Buku Telepon di maksud.

Kadang-kadang buku Telepon tersebut keberadaannya tidak begitu diperhatikan, hanya sesekali saja apabila kita mencari nama seseorang. Namun siapa sangka, keberadaan buku tersebut bisa membuat seorang anak menjadi bangga dan bahagia. Sebuah cerita yang mungkin nyata terjadi di antara Kita. Kita ikuti saja yuk ... yuk kisahnya!
*****

Suatu ketika di ruang kelas sekolah menengah, terlihat suatu percakapan yang menarik. Seorang guru, dengan buku di tangan, tampak menanyakan sesuatu kepada murid-muridnya di depan kelas.

"Anak-anak, kita sudah hampir memasuki saat-saat terakhir bersekolah di sini. Setelah 3 tahun,
pencapaian terbesar apa yang membuatmu bahagia? Adakah hal-hal besar yang kalian peroleh selama ini?"

Murid-murid tampak saling pandang. Terdengar suara lagi dari guru, "Ya,ceritakanlah satu hal terbesar yang terjadi dalam hidupmu...".

Lagi-lagi semua murid saling pandang, hingga kemudian tangan guru itu menunjuk pada seorang murid. "Nah, kamu Budi, adakah hal besar yang kamu temui? Berbagilah dengan teman-temanmu...".

Sesaat, terlontar sebuah cerita dari si murid, "Seminggu yang lalu, adalah masa yang sangat besar
buatku. Orangtuaku, baru saja membelikan sebuah motor, persis seperti yang aku impikan selama ini".

Matanya berbinar, tangannya tampak seperti sedang menunggang sesuatu. "Motor sport dengan lampu yang berkilat, pasti tak ada yang bisa mengalahkan kebahagiaan itu!"

Sang guru tersenyum. Tangannya menunjuk beberapa murid lainnya. Maka,terdengarlah beragam cerita dari murid-murid yang hadir. Ada anak yang baru saja mendapatkan sebuah mobil. Ada pula yang baru dapat melewatkan liburan di luar negeri. Sementara, ada murid yang bercerita tentang keberhasilannya mendaki gunung.

Semuanya bercerita tentang hal-hal besar yang mereka temui dan mereka dapatkan. Hampir semua telah bicara, hingga terdengar suara dari arah belakang. "Pak Guru..Pak, aku belum bercerita".

Rupanya, ada seorang anak di pojok kanan yang luput dipanggil. Matanya berbinar. Mata yang sama seperti saat anak-anak lainnya bercerita tentang kisah besar yang mereka punya.

"Maaf, silahkan, ayo berbagi dengan kami semua", ujar Pak Guru kepada murid berambut lurus itu.
"Apa hal terbesar yang kamu dapatkan?", Pak Guru mengulang pertanyaannya kembali.

"Keberhasilan terbesar buatku, dan juga buat keluargaku adalah..saat nama keluarga kami tercantum dalam buku telpon yang baru terbit 3 hari yang lalu".

Sesaat senyap. Sedetik kemudian, terdengar tawa-tawa kecil yang memenuhi ruangan kelas itu. Ada
yang tersenyum simpul, terkikik-kikik, bahkan tertawa terbahak mendengar cerita itu.

Dari sudut kelas, ada yang berkomentar, "Ha? Aku sudah sejak lahir menemukan nama keluargaku di buku telpon. Buku Telpon? Betapa menyedihkan...hahaha".

Dari sudut lain, ada pula yang menimpali, "Apa tak ada hal besar lain yang kamu dapat selain hal yang lumrah semacam itu?"

Lagi-lagi terdengar derai-derai tawa kecil yang masih memenuhi ruangan. Pak Guru berusaha menengahi situasi ini, sambil mengangkat tangan. "Tenang sebentar anak-anak, kita belum mendengar cerita selanjutnya. Silahkan teruskan, Nak...".

Anak berambut lurus itu pun kembali angkat bicara. "Ya. Memang itulah kebahagiaan terbesar yang pernah aku dapatkan. Dulu, Ayahku bukanlah orang baik-baik. Karenanya, kami sering berpindah-pindah rumah. Kami tak pernah menetap, karena selalu merasa di kejar polisi".

Matanya tampak menerawang. Ada bias pantulan cermin dari kedua bola mata anak itu, dan ia melanjutkan. "Tapi, kini Ayah telah berubah. Dia telah menjadi Ayah yang baik buat keluargaku. Sayang, semua itu butuh waktu dan usaha. Tak pernah ada Bank dan Yayasan yang mau memberikan pinjaman modal buat bekerja."

"Hingga setahun lalu, ada seseorang yang rela meminjamkan modal buat Ayahku. Dan kini, Ayah
berhasil. Bukan hanya itu, Ayah juga membeli sebuah rumah kecil buat kami. Dan kami tak perlu
berpindah-pindah lagi". Tahukah kalian, apa artinya kalau nama keluargamu ada di buku telpon? Itu artinya, aku tak perlu lagi merasa takut setiap malam dibangunkan ayah untuk terus berlari. Itu artinya, aku tak perlu lagi kehilangan teman-teman yang aku sayangi. Itu juga berarti, aku tak harus tidur setiap malam di dalam mobil yang dingin. Dan itu artinya, aku, dan juga keluargaku, adalah sama derajatnya dengan keluarga-keluarga lainnya".

Matanya kembali menerawang. Ada bulir bening yang mengalir. "Itu artinya, akan ada harapan-harapan baru yang aku dapatkan nanti...". Kelas terdiam.

*****
Sesungguhnya orang yang BERBAHAGIA bukanlah orang yang HEBAT dalam segala hal, tapi orang yang bisa menemukan hal-hal SEDERHANA dalam hidupnya dan mengucap SYUKUR

Ketika kehidupan memberimu 100 alasan untuk MENANGIS, carilah 1.000 alasan untuk tetap TERSENYUM

::: Indahnya Dirimu :::

(¯`v´¯)
`•.¸.•´`•.¸.¸¸.•*¨¨*•.¸¸❤`•.¸.¸¸.•*
:::BUNGA MAWAR DI HATI KITA ::: .•*´¨`*•.♥♥

Suatu ketika, ada seseorang pemuda yang mempunyai sebuah bibit mawar. Ia ingin sekali menanam mawar itu di kebun belakang rumahnya. Pupuk dan sekop kecil telah disiapkan. Bergegas, disiapkannya pula pot kecil tempat mawar itu akan tumbuh berkembang. Dipilihnya pot yang terbaik, dan diletakkan pot itu di sudut yang cukup mendapat sinar matahari. Ia berharap, bibit ini dapat tumbuh dengan sempurna.

Disiraminya bibit mawar itu setiap hari. Dengan tekun, dirawatnya pohon itu. Tak lupa, jika ada rumput yang menganggu, segera disianginya agar terhindar dari kekurangan makanan. Beberapa waktu kemudian, mulailah tumbuh kuncup bunga itu. Kelopaknya tampak mulai merekah, walau warnanya belum terlihat sempurna. Pemuda ini pun senang, kerja kerasnya mulai membuahkan hasil.

Diselidikinya bunga itu dengan hati-hati. Ia tampak heran, sebab tumbuh pula
duri-duri kecil yang menutupi tangkai-tangkainya. Ia menyesalkan mengapa
duri-duri tajam itu muncul bersamaan dengan merekahnya bunga yang indah ini. Tentu, duri-duri itu akan menganggu keindahan mawar-mawar miliknya.

Sang pemuda tampak bergumam dalam hati, “Mengapa dari bunga seindah ini, tumbuh banyak sekali duri yang tajam? Tentu hal ini akan menyulitkanku untuk merawatnya nanti. Setiap kali kurapihkan, selalu saja tanganku terluka. Selalu saja ada ada bagian dari kulitku yang tergores. Ah pekerjaan ini hanya membuatku sakit. Aku tak akan membiarkan tanganku berdarah karena duri-duri penganggu ini.”

Lama kelamaan, pemuda ini tampak enggan untuk memperhatikan mawar miliknya. Ia mulai tak peduli. Mawar itu tak pernah disirami lagi setiap pagi dan petang. Dibiarkannya rumput-rumput yang menganggu pertumbuhan mawar itu. Kelopaknya yang dahulu mulai merekah, kini tampak merona sayu. Daun-daun yang tumbuh di setiap tangkai pun mulai jatuh satu-persatu. Akhirnya, sebelum berkembang dengan sempurna, bunga itu pun meranggas dan layu.

=====

Sahabat, kisah tadi memang sudah selesai. Tapi, ada ada satu pesan moral yang bisa kita raih didalamnya. Jiwa manusia, adalah juga seperti kisah tadi. Di dalam setiap jiwa, selalu ada ‘mawar’ yang tertanam. Allah lah yang meletakkan kemuliaan itu di setiap Qalbu kita. Layaknya taman-taman berbunga, sesungguhnya di dalam jiwa kita, juga ada tunas mawar dan duri yang akan merekah.

Namun sayang, ada sebagian dari kita yang hanya melihat “duri” yang tumbuh. Merasakan hanya kelemahan yang ada pada dirinya. Merasa hanya menjadi beban bagi orang lain. Banyak dari saudara kita yang hanya melihat sisi buruk, sehingga dalam menjalani kehidupan ini dipenuhi dengan kepesimisan seolah menolak keberadaan mereka sendiri. Saudara kita itu sering kecewa dengan dirinya dan tidak mau menerimanya. Mereka berpikir bahwa hanya hal-hal yang melukai yang akan tumbuh dari nya. Sehingga menolak untuk “menyirami” hal-hal baik yang sebenarnya telah ada dan tak pernah memahami potensi yang dimilikinya.

Mereka juga sebenarnya memiliki mawar yang indah di dalam jiwa. Banyak orang yang tak menyadari, adanya mawar itu.

Sahabat, jika kita bisa menemukan “mawar-mawar” indah yang tumbuh dalam jiwa itu,
kita akan dapat mengabaikan duri-duri yang muncul. Kita, akan terpacu untuk
membuatnya merekah, dan terus merekah hingga berpuluh-puluh tunas baru akan muncul. Pada setiap tunas itu, akan berbuah tunas-tunas kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, yang akan memenuhi taman-taman jiwa kita. Kenikmatan yang terindah adalah saat kita berhasil untuk menunjukkan pada mereka akan keberadaan mawar-mawar itu, dan mengabaikan duri-duri yang muncul.

Semerbak harumn mawar pada hati mereka akan menghiasi hari-hari kita. Aroma keindahan yang ditawarkannya, adalah layaknya ketenangan air telaga yang menenangkan keruwetan hati. Mari, kita temukan “mawar-mawar” ketenangan, kebahagiaan, kedamaian itu dalam jiwa-jiwa kita, dan kembali kita bagikan pada mereka yang merasa tersisih dan tersingkir. Mungkin, ya, mungkin, kita akan juga berjumpa dengan onak dan duri, tapi janganlah itu membuat kita berputus asa. Mungkin, tangan-tangan kita akan tergores dan terluka, tapi janganlah itu membuat kita bersedih nestapa. Kebahagiaan kita adalah saat kita menemukan mereka, jiwa-jiwa yang tersisih, jiwa-jiwa yang pesimis, tersenyum bahagia, seolah menemukan udara disaat mereka akan kehabisan oksigen

Selamat berkebun!!

Minggu, 26 Juni 2011

‎**~ FROM AKHI TO UKHTI **~

Ukhti...
Diamku bukan berarti ku tak cinta
Diamku bukan berarti ku tak peduli
...Namun diamku berarti seribu bahasa cinta.
Bahasa cinta yang tak kau mengerti
Bahasa cinta yang tak kau pahami
dan bila saatnya halal, ku ingin mengajarimu bahasa cintaku.

Ukhti...
Diamku bukan berarti ku tak peduli
Diamku bukan berarti ku tak rindu
Namun diamku karena aku sayang padamu
Diamku karena ku tak mau menyakitimu
Ku tak ingin kau merasakan sesaknya memendam
Biarlah aku yang merasakan beratnya tarikan nafas.

Diamku karna aku tak tahu takdir-Nya...
Aku hanya memohon,
Aku hanya berharap.
Suatu saat cintaku halal bagimu.

Ukhti...
Diamku tak berarti ku membenci
Namun diamku karna ku taat pada Robbku,
Diamku karna ingin mencintaimu karna-Nya
Diamku bukan berarta ku bisu
Diamku bukan berarti ku tak cinta
Diamku karna ku tak dapat mendefinisikan cinta
karna cinta tak dapat di definisikan dengan kata kata.

Ukhti...
Mungkin saja kau bukan jodohku...
Tapi mungkin juga iya...
Jika kau adalah jodohku, maka diamku adalah caraku mendapatkanmu agar Dia memberikan senyuman-Nya ketika kita bersatu.
Memberikan rahmat-Nya ketika kita membangun rumah tangga.
Karna senyuman-Nya adalah Ridho-Nya.

Jika kau adalah jodohku ku tak ingin mendapatkanmu dengan cara dilempar murka Oleh-Nya. Ku tak ingin cinta yang kita jalani tanpa Ridho-Nya. Ku tak ingin memulai ibadah dengan maksiat.

Semoga bermanfaat buat para akhwat dan ikhwan nya dalam memandang arti cinta dan menjaga pandangan sebelum halal,sebelum terlanjur jauh tersesat.
karya : Akhi Arya Saputra

salam ukhuwah selalu

♥ஜ♥KISAH CINTA ALI DAN FATIMAH♥ღ¸.•´¯)♥ஜ

✿◕♥♥♫♥♫♥♫♥♫♥♫♥♫♥♥♫♥♫♥♫♥♥♫♥♫♥¸.... ¸.·´¨) ¸.·*¨)♥
*•.¸¸❤¸¸.•.¸¸❤¸¸.•*•.¸¸❤¸¸.•*•.¸¸❤
.•´¯)♥ஜ♥KISAH CINTA ALI DAN FATIMAH♥ღ¸.•´¯)♥ஜ♥
*•.¸¸❤¸¸.•.¸¸❤¸¸.•*•.¸¸❤¸¸.•*•.¸¸❤
♥::♥::♥::♥::♥::♥::♥::♥::♥::♥::♥::♥::♥::♥::♥::♥

Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.

Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan!

‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.

”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali.

Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.

Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali.

Lihatlah berapa banyak budak Muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insya Allah lebih bisa membahagiakan Fathimah.

’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. ”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali.

”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.

Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum Muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh- musuh Allah bertekuk lutut.

’Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. ’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..”

Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya. ’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi.

’Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. ”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!” ’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha.

Cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Ia mengambil kesempatan.
Itulah keberanian.
Atau mempersilakan.
Yang ini pengorbanan.

Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ’Umar juga ditolak.

Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ’Utsman sang miliarderkah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.

Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adzkah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubaidah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?

”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi.. ”

”Aku?”, tanyanya tak yakin.

”Ya. Engkau wahai saudaraku!”

”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”

”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”

’Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.

”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan- pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya. Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.

Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.

”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?”

”Entahlah..”

”Apa maksudmu?”

”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!”

”Dasar kamu!!”, kata mereka,

”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya !”

Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan ke kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.

Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti.

’Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!” Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.

Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada ‘Ali, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda ”

‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu?”

Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu”

Kemudian Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan aku untuk menikahkan Fatimah puteri Khadijah dengan Ali bin Abi Thalib, maka saksikanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan maskawin empat ratus Fidhdhah (dalam nilai perak), dan Ali ridha (menerima) mahar tersebut.”

Kemudian Rasulullah saw. mendoakan keduanya:

“Semoga Allah mengumpulkan kesempurnaan kalian berdua, membahagiakan kesungguhan kalian berdua, memberkahi kalian berdua, dan mengeluarkan dari kalian berdua kebajikan yang banyak.” (kitab Ar-Riyadh An-Nadhrah 2:183, bab4)
*♥*•*´¨`*•.*♥*.•*´¨`*•. ♥♥~*♥**♥*~♥♥ .•*´¨`*•.*♥*.•*´¨`*•*♥*
(¯`v´¯) ♥♥♥•♥•♥
`·.¸.·´ ♥♥.........¸.·´
Semoga bermanfaat Insya Allah...
♥♫♥♫♥♫♥♥♫♥♫♥♫♥♥♫♥♫
Barakallaahu fiykum wa jazzakumullah khoir

قبل أن تكتب لي الحلال

Tanda Tanda kiAmat


Kiamat Sudah Dekat.
Dajjal pun makin mendekat.
Genggam senjatamu erat- erat, untuk menangkis fitnah Dajjal yang dahsyat.
Membaca ayat- ayat pembuka atau penutup suarat Al-Kahfi bisa menjadi senjata ampuh penangkal Dajjal.

..."Hal itu karena di awal surat Al-Kahfi terdapat berbagai keajaiban dan tanda- tanda kekuasaan Allah. Siapa Saja yang mentadabburinya (merenunginya), maka ia tidak akan terkena fitnah Dajjal. demikian juga di akhir surat Al-Kahfi...."
( Imam Nawawi)

"Tak diragukan lagi, bahwa surat Al-Kahfi memiliki sesuatu yang agung.... Untuk itu, seyogyanya bagi setiap muslim untuk semangat membaca surat Al-Kahfi, menghafalnya dan mengulang- ngulangnya, khususnya di hari Jum'at..."
( Yusuf bin 'Abdillah Al-Wabil).

"Disunahkan membaca surat Al-Kahfi, khusunya pada HAri Jum'at. Karena, didalamnya terdapat banyak kejaiban dan tanda- tanda kekuasaan Allah, seperti kisah ashabul kahfi, kisah Nabi Musa dan Khidhir, dan kisah Dzulqornain. Hal itu dengan izin Allah akan berguna untuk menghadapi fitnah Dajjal."
(Sa'id 'Abdul 'Azhim)

"Sesungguhnya is (Dajjal) muncul di daerah bebatuan antara Syam dan Irak, lantas ia dengan cepar berbuat kerusakan ke kanan dan ke kiri. Wahai hamba- hamba Allah, hendaklah kalian berteguh hati. ( HR. Muslim ).

"Dajjal akan diikuti oleh tujuh puluh ribu orang Yahudi Ashbahan, mereka mengenakan thoyalisah (kain tebal bergaris). (HR. Muslim )

Jumat, 24 Juni 2011

Mari Membiasakan Diri

Ibnu Mas'ud berkata: setan orang mukmin bertemu dengan setan orang kafir. Ternya setan orang mukmin lebih kurus dan setang orang kafir gemuk. Temannya bertanya, "apa yang terjadi denganmu'?.  dia menjawab, 'Aku tidak pernah mendapatkan apapun. Jika dia masuk rumah, dia menyebut nama Allah. Jika makan dia menyebut nama Allah, dan jika dia minum dia menyebut nama Allah.' Temannya berkata,' Berbeda dengan aku. Aku makan bersamanya dan aku minum bersamanya'.
Dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu 'Abbas Radiallohu'anhuma: Rasulullah saw bersabda, "Iblis bertanya, 'Tuhanku, semua makhluk-Mu telah Engkau terangkan rezekinya, dimanakah rezekiku?'  Tuhannya menjawab "di makanan yang tidak disebut nama Allah" (HR adh-Dhiya dalam al-Mukhtarah)
Dari Jabir r.a. Rasulullah saw bersabda, " Apabila salah seorang dari kmu masuk rumahnya menyebut nama Allah dan membaca basmallah ketika masuk dan ketika makan maka setan berkata 'Tidak ada tempat dan tidak ada makanan untuk jalian,'  Dan jika dia masuk namun tidak menyebut nama Allah ketika masuk setan berkata,' kalian mempunyai tempat. Dan jika dia tidak menyebut nama Allah ketika makan dia berkata,' kalian mendapatkan tempat dan makanan"
Nabaisyah pembantu Rasulullah saw mengatakan, Rasulullah saw menyampaikan," Siapa yang makan memakai piring, kemudian tidak meninggalkan sisa, niscaya piring itu akan memintakan ampun baginya. " (HR. ad-Darimi)

No Smoking, Tidak Merokok Karena Allah

Milis DT – Rokok memang sesuatu yang tidak ditemukan di zaman Nabi, akan tetapi agama Islam telah menurunkan nash-nash yang universal, semua hal yang membahayakan diri, mencelakakan orang lain dan menghambur-hamburkan harta adalah hal yang haram.
Berikut ini dalil-dalil yang menunjukkan keharaman rokok :
  1. Firman Allah: “Nabi tersebut menghalalkan untuk mereka semua hal yang baik dan mengharamkan untuk mereka semua hal yang jelek.” (QS. Al A’raf: 157) Bukankah rokok termasuk barang yang jelek, berbahaya dan berbau tidak enak?
  2. Firman Allah: “Janganlah kalian campakkan diri kalian dalam kehancuran” (QS. Al Baqarah: 195) Padahal rokok bisa menyebabkan orang terkena berbagai penyakit berbahaya seperti kanker dan TBC.
  3. Firman Allah: “Dan janganlah kalian melakukan perbuatan bunuh diri” (QS. An Nisa: 29) Padahal merokok merupakan usaha untuk membunuh diri secara pelan-pelan.
  4. Ketika menjelaskan tentang khamr dan judi, Allah berfirman: “Dan dosa keduanya (khamr dan judi) lebih besar daripada manfaat dua hal tersebut.” (QS. Al Baqarah: 219) Demikian pula dengan rokok, bahaya yang ditimbulkannya lebih besar daripada manfaatnya, bahkan rokok sedikitpun tidak mengandung manfaat.
  5. Firman Allah: “Dan janganlah engkau bersikap boros, sesungguhnya orang yang suka memboroskan hartanya merupakan saudara-saudara setan.” (QS. Al Isra:26-27) Telah jelas bahwa merokok merupakan perbuatan perbuatan boros dan menghambur-hamburkan harta benda.
  6. Allah berfirman tentang makanan penduduk neraka: “Tidak ada makanan mereka kecuali dari pohon yang berduri. Makanan tersebut tidak menyebabkan gemuk dan tidak pula bisa menghilangkan rasa lapar.” (QS. Al Ghasiyah:6-7) Demikian pula dengan rokok, tidak membuat gemuk dan menghilangkan rasa lapar, sehingga rokok itu menyerupai makanan penduduk neraka.
  7. Sabda Nabi shollallaahu ‘alaihi wa sallam: “Tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain.” (HR. Ahmad, shahih) Padahal rokok itu dapat membahayakan diri sendiri ataupun orang lain serta menyia-nyiakan harta.
  8. Sabda Nabi shollallaahu ‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya Allah itu membenci tiga perkara untuk kalian, (yakni) berita yang tidak jelas, menghambur-hamburkan harta dan banyak bertanya.” (HR. Bukhari dan Muslim) Padahal merokok termasuk membuang harta.
  9. Sabda Nabi shollallaahu ‘alaihi wa sallam: ”Setiap (dosa) umatku dimaafkan (akan diampunkan) kecuali orang yang terang-terangan berbuat dosa.” (HR. Bukhari dan Muslim). Artinya setiap umat Islam itu akan memperoleh pengampunan kecuali orang yang berbuat dosa dengan terang-terangan, sebagaimana para perokok yang merokok tanpa rasa malu-malu, bahkan mengajak orang lain untuk berbuat kemungkaran seperti mereka.
  10. Sabda Nabi shollallaahu ‘alaihi wa sallam: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka janganlah ia mengganggu tetangganya.” (HR. Bukhari) Bau tidak sedap karena merokok sangat mengganggu istri, anak dan tetangga terutama malaikat dan orang-orang yang shalat di masjid.
  11. Sabda Nabi shollallaahu ‘alaihi wa sallam: “Tidaklah dua telapak kaki seorang hamba bias bergeser pada hari kiamat sebelum ditanya mengenai empat perkara, (yakni) tentang kemana ia habiskan umurnya; untuk apa ia gunakan ilmunya; dari mana ia memperoleh harta dan kemana ia belanjakan; untuk apa ia pergunakan tubuhnya.” (HR. Tirmidzi, dishahihkan oleh Al Albani dalam kitab Shahih Al Jami dan Kitab Silsilah Shahihan) Padahal seorang perokok membelanjakan hartanya untuk membeli rokok yang haram. Benda yang sangat berbahaya bagi tubuh dan mengganggu orang lain yang berada di dekatnya.
  12. Sabda Nabi shollallaahu ‘alaihi wa sallam: “Barang yang dalam jumlah besarnya dapat memabukkan, maka statusnya tetap haram meski dalam jumlah sedikit.” (HR. Ahmad dan lain-lain, shahih) Padahal asap rokok dalam jumlah banyak dapat memabukkan, terutama untuk orang yang tidak terbiasa merokok; atau pada saat perokok menghisap asap dalam jumlah yang banyak maka orang tersebut akan sedikit mabuk. Hal ini telah ditegaskan oleh seorang dokter dari Jerman dan seorang perokok yang pernah mencoba, sebagaimana penjelasan di atas.
  13. Sabda Nabi shollallaahu ‘alaihi wa sallam: “Barangsiapa makan bawang merah atau bawang putih maka hendaklah menjauhi kami, masjid kami dan hendaklah ia berdiam saja di rumahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sebagian orang tidak bisa menerima pengharaman rokok meski dalil-dalil yang menunjukkan keharaman rokok itu banyak sekali sebagaimana di atas. Khusus bagi perokok yang masih suka berkilah tersebut, maka kami katakan, “Jika rokok tidak haram mengapa mereka tidak merokok di masjid atau tempat suci yang lain. Namun kalian malah memilih merokok di tempat pemandian umum, tempat-tempat hiburan dan tempat-tempat yang terlarang?”
Sebagian orang ada yang beralasan bahwa merokok itu makruh saja. Sebagai jawaban kami katakan, “Jika hukumnya makruh lalu mengapa kalian hisap. Bukankah makruh itu lebih dekat kepada haram daripada ke halal!
Perhatikanlah hadits Nabi shollallaahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:
“Sungguh hal yang halal itu jelas dan haram pun juga sudah jelas. Namun di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang tidak jelas. Kebanyakan orang tidak mengetahui perkara-perkara tersebut. Barangsiapa berhati-hati terhadap hal yang tidak jelas statusnya, maka sungguh ia telah menjaga agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang terjerumus dalam perkara yang tidak jelas, sungguh ia telah terjerumus dalam perkara yang haram. Seperti seorang penggembala yang menggembalakan ternaknya di dekat daerah larangan, ia akan segera menggembala di daerah larangan tersebut.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Nikmat Sehat dan Kesempatan


republika - Suatu ketika Rasulullah SAW berpesan kepada Ibnu Abbas tentang dua kenikmatan yang sering membuat manusia lupa, lalai, dan tertipu. Beliau, sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari, mengistilahkan orang-orang seperti itu sebagai maghbun, yaitu mereka yang sering melupakan atau meremehkan kondisi sehat dan kesempatan (waktu luang).
Sabda Rasulullah SAW, ”Kondisi sehat dan kesempatan luang adalah dua nikmat yang Allah SWT berikan kepada manusia, namun sering mereka lupakan.” Dari hadis ini, ada dua pesan yang Nabi SAW sampaikan.
Pertama, manusia hendaknya selalu menyikapi segala keadaan yang mereka alami sebagai nikmat dari Allah SWT. Karena itu, mereka mesti menyadari bahwa ada sesuatu yang harus dilakukan sebagai wujud rasa terima kasih kita kepada pemberi nikmat itu.
Ketika sehat, kita sebetulnya ditegur untuk selalu ingat bahwa kesehatan adalah nikmat luar biasa. Dengan demikian, kita akan selalu menggunakan kesehatan yang kita miliki untuk makin meningkatkan ketaatan kepada-Nya.
Kedua, manusia hendaknya selalu mengoptimalkan kesempatan yang ada untuk melakukan hal-hal yang positif bagi dirinya dan orang lain. Karena, kebanyakan manusia terlalu sibuk dengan urusan-urusan duniawi hingga melupakan hal-hal yang berkaitan dengan akhirat. Seakan tidak ada waktu untuk beribadah kepada Allah SWT, yang ada adalah waktu untuk memperoleh materi duniawi.
Hal demikianlah yang sangat Rasulullah khawatirkan. Kesehatan dan kesempatan adalah dua hal utama yang sering membuat manusia melupakan Allah SWT. Inilah yang disinyalir oleh ulama besar Ibnu al-Jauzi, ”Terkadang manusia itu sehat, tapi tidak memiliki kesempatan luang karena kesibukannya dengan urusan dunia. Ada juga yang memiliki kesempatan luang, namun tidak sehat. Ketika dua hal ini ada pada diri manusia, ternyata membuat mereka malas untuk taat kepada Allah, maka inilah orang-orang yang maghbun.”
Ketika mengomentari istilah maghbun ini, ulama Ibnu Baththal mengatakan, ”Maksud hadis yang Nabi SAW sampaikan ini adalah bahwa seseorang yang mensyukuri kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT berikan, dengan melakukan apa yang Allah SWT perintahkan dan menjauhi segala hal yang dilarang-Nya, maka ia tidak termasuk golongan orang-orang yang maghbun.”
Kita tentunya tidak ingin termasuk dalam golongan orang-orang yang Rasulullah SAW sebut sebagai orang-orang yang maghbun. Yaitu, orang-orang yang sama sekali tidak memahami hakikat kesehatan yang dimilikinya, sehingga tidak mensyukurinya. Juga orang-orang yang tidak dapat memanfaatkan waktu luangnya untuk semakin menambah kataatan kepada Allah SWT.
Manusia yang cerdas akan memahami itu semua sebagai sebuah kenikmatan yang menyadarkannya. Kenikmatan yang disyukuri dalam bentuk amalan nyata lahir dan batin, akan mengantarkan manusia menjadi orang-orang yang beruntung di dunia dan akhirat. Kesehatan dan kesempatan luang yang dimiliki justru akan dipahami sebagai sebuah kesempatan emas untuk meningkatkan nilai-nilai amal di hadapan Allah SWT. Wallahu a’lam

Cantik dengan Jilbab

     Kalau ada orang yang bertanya kepada saya' "Apa yang kamu pikirkan kalau kamu bertemu dengan wanita yang memakai jilbab?"     saya akan menawab'  "Subhanalloh, masya Allaoh walhamdulillah,  dan semoga Allah merahmatinya,  mereka sangat cantik, mereka anggun, mereka smart, mereka fresh, mereka sangat bersih"     
     Itulah sebagian kecil kata-kata yang akan saya keluarkan sebagai jawaban dari pertanyaan tersebut. dan mungkin itu bisa mewakili sebagian besar pendapat kaum adam,  bagaimana tidak?  wanita  yang memakai jilbab memang terlihat demikian adanya.  sepintas saja mereka yang memakai jilbab sudah terlihat menarik pandangan apa lagi dilihat lebih lama (sssssssssssssssstt....).  Dari segi fashion pun mereka yang berkecimpung di bidang ini berpendapat bahwa jilbab yang dikenakan oleh seseorang mampu membuat ukuran wajah mereka terlihat  lebih proporsional, tidak terlalu besar maupun tak terlalu kecil. Selain itu juga jilbab mampu membuat kulit wajah terlihat lebih bersih karena  warna jilbab yang dikenakan dapat disesuaikan dengan warna kulit wajah  apa lagi kalau ditambah dengan senyuman,    Superbeautyfull dech....  
     Dari segi kesehatan pun sangat membantu mereka yang memiliki rambut yang sensitiv dengan sinar matahari sehingga terlindung dari teriknya..  begitu juga dengan kulit wajah,  jibab yang memiliki ujung lebih panjang dapat sedikit melindunginya.
     Foto-foto berikut mungkin dapat dijadikan sedikit bukti bahwa mereka yang memakai jilbab terlihat lebih cantik, lebih anggun, lebih bersih dan lebih fresh..

Mereka terlihat lebih cantik, anggun dan bersih:














Mahasiswi dan pelajar yang memakai jilbab terlihat lebih cantik, anggun, smart, dan percaya diri









Boneka berjilbab pun terlihat cantik dan lucu




 Si Kecil pun terlihat semakin menggemaskan (jadi pingin nyubit pipinya)






Ibu-ibu pun terlihat tetap cantik dengan jilbabnya
 

dengan memakai jibab






jadi,,  rugi bangt  kalo nggak pake jilbab  bahkan rugi dunia akhirat
makanya mari ajak teman, saudari, adik, kakak, ibu, dan pacarnya untuk memakai jilbab
dan bagi yang sudah memakai jilbab,   tetap istiqomah ya.....

Kamis, 23 Juni 2011

Aurat

Aurat adalah bagian tubuh yang wajib ditutup dan diharamkan untuk melihatnya. Dalam hukum fikih aurat laki-laki antara pusar dan lutut, sedangkan aurat bagi perempuan, adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan. Menutup aurat adalah cabang dari iman. Yang tidak punya iman berarti tidak punya malu. Jelasnya, malu termasuk cabang dari iman. Iman amat berkaitan dengan malu. Sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits : “Bila malu hilang, hilanglah keimanan kita, jika iman hilang malu pun ikut terbuang.” Saat Nabi Allah Adam dan istrinya Siti Hawa turun ke bumi, keduanya dalam kondisi tak sehelai benang pun yang menutupi tubuh mereka. Menyadari akan hal itu Adam dan Hawa segera mencari dedaunan dan kulit pohon untuk dijadikan pakaian yang menutupi aurat mereka. Padahal pada saat itu tidak ada seorang pun yang melihat, kecuali mereka berdua, padahal mereka adalah pasangan suami istri. Tapi mereka berusaha menutupi aurat mereka masing-masing, itu karena perasaan malu yang ada pada mereka. Ada cerita Ratu Balqis, seorang penguasa Negeri Saba’ di Yaman ketika berkunjung ke istana Nabi Allah Sulaiman. Ratu Balqis tercengang melihat kemewahan dan keindahan istana, saking kagumnya Ratu Balqis menarik abayanya karena ia mengira lantai istana digenangi air. Padahal itu semua karena kecanggihan istana Nabi Allah Sulaiman. Abayanya terangkat dan betisnya pun terlihat. Walaupun kejadian itu hanya sekejap, namun cukup membuat Ratu Balqis malu besar, mukanya merah padam karena menahan malu dan iapun segera menutup betisnya. Dalam sebuah riwayat, pernah Siti Aisyah bertanya kepada Rasulullah SAW: “Wahai Rasulullah, betulkah nanti pada hari kiamat kelak, para kaum perempuan dikumpulkan bersama kaum lelaki dan kesemuanya dalam keadaan tanpa busana?” Rasulullah SAW pun menjawab: “Apa yang engkau katakan benar wahai Aisyah.” Mendengar yang demikian itu, Sayyidah Aisyah menangis sejadi-jadinya dan berkata: “Alangkah malunya, alangkah malunya, ya Rasulullah.” Namun beliau kemudian menjelaskan: “Wahai Aisyah, di akhirat nanti manusia sibuk dengan dirinya masing-masing sehingga tidak ada waktu dan kesempatan untuk memperhatikan aurat orang lain.” Hadits ini adalah sebagai gambaran bagaimana perasaan seorang wanita yang kuat imannya dan memiliki rasa malu yang dalam. Cerita tentang aurat ini tentu sebagian dari kita kadang bertanya-tanya, kenapa Rasulullah SAW lahir dalam keadaan sudah berkhitan? Kalau kita sering membaca kitab maulid tentu kita akan mendapatkan jawabannya. Rasulullah SAW lahir dalam keadaan berkhitan, karena Allah SWT menjaga aurat Rasulullah SAW dari pandangan orang lain. Allah SWT tidak ingin aurat Rasulullah SAW dilihat oleh siapapun. Dan itu merupakan sebagian dari kemuliaan Allah SWT yang diberikan kepada beliau SAW. Jelasnya beliau SAW terpelihara dan terjaga dari keburukan, kejelekan, dosa dan kemaksiatan. Satu kali, ketika Rasulullah SAW masih kecil dan ikut memperbaiki Ka’bah bersama-sama para pemuka Kaum Quraisy Makkah. Beliau pun ikut bergotong-royong membenatu mengangkat sebuah batu yang cukup besar dan berat sehingga gamis beliau tersingkap. Tiba-tiba batu itu jatuh dan mengenai kakinya hingga beliau pingsan. Dengan jatuhnya batu tersebut, maka gamis beliau kembali menutup aurat beliau yang tersingkap itu. Itu memang kemauan Allah SWT, karena Allah SWT tidak ingin orang melihat aurat beliau SAW. Dahulu derajat malu, khususnya di kalangan wanita sangat tinggi. Saat itu sangat jarang kita dapatkan wanita keluar rumah tanpa disertai mahramnya. Jikalau keluar, auratnya selalu ditutup rapat-rapat dan selalu disertai mahram untuk menjaganya. Orang tua atau suami sangat cemburu bila aurat anaknya atau istrinya dilihat orang lain. Dahulu orang selalu menjaga kadar keimanan dan menempatkan kaum wanita pada posisinya sesuai dengan syari’at yang diajarkan Islam. Makanya mereka selalu menjaga para anak keturunan dan memelihara auratnya serapi mungkin sejak kecil. Mereka berikan pakaian yang sesuai dengan standar syari’at, tidak diobral semaunya, apalagi dipamerkan di hadapan khalayak ramai. Karena aurat wanita sangat sensitif dan bisa mengundang orang berbuat dosa, berbeda dengan pria. Berbeda dengan zaman sekarang, aurat, maksiat, kerusakan sudah menjadi lumrah dan sulit dibendung. Benar apa yang dikatakan Ahmad Syauqi: “Kuat dan kokohnya satu bangsa terletak pada moral rakyatnya. Apabila moralnya rusak, maka bangsa tersebut ikut bejat.” Adapun salah satu penyebab kehancuran moral dan akhlak karena pengaruh pornografi. Jadi sangatlah wajar sekali jika dilakukan pelarangan terhadap beberapa media yang di dalamnya terdapat unsur pornografi. Seperti majalah Playboy dan majalah-majalah lainnya di Indonesia yang masih menyajikan hal-hal yang berbau pornografi. Sudah barang tentu ada beberapa cara yang digunakan untuk menyelamatkan moral dan akhlak bangsa sesuai dengan yang telah dianjurkan Rasulullah SAW dan hal itu dikaitkan dengan keimanan kita. Pertama, mereka yang mampu berdakwah dengan kekuatan, maka rubahlah dengan tangannya jika melihat kemungkaran dan kemaksiatan. Kedua, mereka yang mampu berdakwah dengan lisannya. Dan yang ketiga, hanya mampu menjauhi dan membenci di dalam hati tanpa berbuat apa-apa dan itu dikatakan sebagai selemah-lemahnya iman. Memang ada hadits yang mengatakan: “Katakanlah yang benar walaupun yang benar itu pahit.” Hadits ini jelas menyuruh kita untuk meluruskan, memperbaiki dan merubah apa-apa yang salah, namun bukanlah dengan kekerasan, bukan dengan emosi, bukan pula dengan caci-maki. Jadi cara menyampaikan kebenaran pun harus bijaksana dan dengan menggunakan bahasa yang sopan, lembut serta menyentuh. Pernah Khalifah Makmun, putera Khalifah Harun Ar-Rasyid dikritik, bahkan dikecam dengan pedas dan disertai caci-maki oleh sekelompok orang. Lalu beliau memerintahkan orang-orang yang mengkritiknya untuk membacakan Al-Qur’an dalam surat Thaha ayat: 43-44, dimana Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Allah Musa dan Nabi Allah Harun untuk mendatangi Fir’aun si penguasa yang lalim dan berbicara kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut. Makmun putera Harun Ar-Rasyid menegaskan bahwa dirinya adalah seorang muslim yang tidak bisa dibandingkan dengan Fir’aun yang kafir, musyrik, pembangkang bahkan mengaku Tuhan.

Katakan Aku Cinta Padamu

 


Dari Abu Karimah Al Miqdad bin Ma’dikariba ra, dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Apabila seseorang mencintai Saudaranya, beritahukanlah kepadanya bahwa ia mencintainya” (HR Abu Daud)
Dari Anas ra, ia berkata: Ada seorang laki-laki duduk di hadapan Nabi SAW, kemudian ada seseorang yang lewat di situ, lalu orang yang duduk di hadapan Nabi berkata: “Ya, Rasulullah, sesungguhnya saya mencintai orang itu.”
Nabi SAW bertanya: “Apakah kamu sudah memberitahukan kepadanya?”
Dia menjawab: “belum.”
Beliau bersabda: “Beritahukanlah kepadanya!”
Kemudian dia menemui orang itu dan berkata: “Sesungguhnya saya mencintaimu karena Allah.”
Orang itu menjawab: “Semoga kamu dicintai oleh Zat yang menjadikanmu mencintaiku karenaNya” (HR Abu Daud)
Kawan, pernahkah engkau mengunjungi kerabat, saudara dan sahabat, hanya karena engkau ingin mengunjunginya? Semata karena ingin menjalin tali cinta?
Tidak sempat. Bisa jadi seperti itu alasanmu. Terlalu banyak pekerjaan dan urusan yang tak mungkin ditinggalkan.
Kawan, pernahkah engkau menelepon ‘hanya’ untuk sekedar bersilaturahmi? Sekedar menyapa, mendengar suara di seberang sana dan menanyakan kabarnya?
Ah, tak terpikirkan. Dapat pula itu ungkapmu. Sedang masih banyak nomor terkait kewajiban menunggu untuk dihubungi.
Mungkin ada baiknya, jika engkau dengar sabda Sang Nabi berikut ini.
Dari Abu Hurairah ra, dari nabi SAW, beliau bersabda: “Sesungguhnya ada seseorang akan berkunjung ke tempat Saudaranya yang berada di desa lain, kemudian Allah ta’ala mengutus malaikat untuk mengujinya.
Setelah malaikat itu berjumpa dengannya ia bertanya: “Hendak kemanakah kamu?”
Ia menjawab: “Saya akan berkunjung ke tempat saudaraku yang berada di desa itu.”
Malaikat bertanya lagi: “Apakah kamu merasa berhutang budi padanya sehingga merasa perlu mengunjunginya?
Laki-laki itu menjawab: ”Tidak. Aku mengunjunginya semata karena aku mencintainya karena Allah ta’ala.”
Malaikat kemudian berkata: “Sesungguhnya saya adalah utusan Allah untuk menjumpaimu, dan Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena Allah (HR Muslim)
Kawan, sudahkah kau jabat tangan saudaramu ketika bertemu? Sudahkah kau peluk keluargamu hari ini?
Pasti, seperti itu barangkali kau sampaikan. Karena itu telah menjadi kebiasaan masyarakat.
Bukan, sahabat! Karena ia adalah sesuatu yang disunnahkan. Menjadi penggugur dosa para pelakunya. Mewujudkan cinta para penghasungnya. Semoga berita yang dibawa sahabat dari sang pembawa risalah meneguhkanmu.
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: “Nabi SAW mencium Al Hasan bin Ali ra, kemudian Aqra’ bin Habis berkata: Sesungguhnya saya memiliki sepuluh anak, tetapi saya tidak pernah mencium seorang pun dari mereka.” Maka Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa tidak mengasihi ia tidak akan dikasihi.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari ‘Aisyah ra, ia berkata: “Zaid bin Haritsah dtang ke Madinah dan rasulullah SAW sedangn berada di rumahku, kemudian ia datang dan mengetuk pintu, lantas Nabi bangkit dan menarik kainnya, serta memeluk dan menciumnya.” (HR Turmudzi)
Dari Al Barra’ ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “ dua orang islam yang bertemu kemudian mereka berjabat tangan maka dosa kedua orang tersebut diampuni sebelum keduanya berpisah.” (HR Abu Dawud)
Kawan, mengatakan cinta bukanlah tabu, bahkan ia disunnahkan Al musthafa.. Engkau tidak harus romantis untuk melakukannya. Engkau tidak usah malu karena merasa sudah bukan masanya. Karena cinta tidak mengenal usia. Bolehlah ia diungkap oleh anak kepada Bapak dan ibunya, Ayah bunda pada sang putra, keponakan kepada kerabatnya. Seseorang pada sahabatnya. Terlebih bagi pasangan hidupnya. Karena cinta adalah bahasa dunia.
Maka, apa yang menghalangimu mengatakan Aku Cinta Padamu hari ini, dan menunjukkan kasih sayang pada keluarga, saudara, kaum kerabat dan sahabat?

Kiat Mengajak Muslimah Berjilbab

http://moslemgaul.files.wordpress.com/2010/09/akhwat_berjilbab_hijau_by_akings.jpg
“Bagaimana cara menyikapi para muslimah yang belum sempurna menutup auratnya?”
1. Bijak Menyikapi Kekurangan Orang Lain
Bagaimana mengajak saudara, teman, dan para muslimah di sekitar kita berjilbab? Atau setidaknya, bagaimana cara menyikapi para muslimah yang belum sempurna menutup auratnya? Sebelum menjawab semua itu, kita mencoba mengupayakan bagaimana kiat untuk bijak menyikapi kekurangan orang lain.
Pertama, Bersyukur kepada Allah SWT, jika kita tak memiliki kekurangan yang serupa dengan orang yang kita saksikan kekurangannya. Sesungguhnya, kita terhindar dari kekurangan itu pun pada hakekatnya adalah karunia-Nya.
Kedua, Berlindung kepada Allah SWT dari memiliki kekurangan yang serupa. Jika bukan karena perlindungan Allah, belum tentu kita terhindar dari keadaan semacam itu.
Ketiga, Doakan orang yang memiliki kekurangan agar berubah menjadi lebih baik. Doakan pula orang yang berbuat salah agar dibimbing Allah bertaubat dan memperbaiki diri.
Keempat, Sampaikan dakwah kepadanya. Informasikan manfaat setiap amal yang kita perbuat. Informasikan kerugian dan dampak buruk yang dialami oleh diri kita sendiri, juga oleh orang di sekitar kita akibat dari apa yang kita perbuat. Bisa jadi seseorang berbuat salah, karena belum mengetahui hal itu salah atau belum tahu akibat buruk perbuatannya. Kiat diatas dapat digunakan bila melihat para muslimah yang cara berpakaiannya atau cara berhijabnya masih belum sempurna, misalnya;
Pertama, jika kita telah sempurna menutup aurat, maka bersyukurlah kepada Allah. Jangan sampai kita menjadi ujub (bangga diri) dan sombong (merasa diri lebih baik atau lebih shalehah). Sesungguhnya, kita bisa menutup aurat dengan baik karena rahmat dan karunia Allah. Jika Allah tidak membimbing, belum tentu kita berbuat lebih baik.
Kedua, Senantiasa berlindung kepada Allah dari cara berpakaian yang tak disukai-Nya. Ini kisah nyata, saya pernah melihat seorang muslimah yang pakaiannya sangat terjaga, kemudia ia memperbincangkan sekelompok muslimah yang pakaiannya belum sempurna. Sayangnya, tak berapa lama, ia pun berpakain seperti para muslimah yang ia perbincangkan. Artinya, bila tidak berlindung kepada Allah, bisa saja suatu saat kita enggan menyempurnakan penutup aurat kita. Naudzubillahi mindzalik.
Ketiga, Doakan saudara kita yang belum sempurna cara menutup auratnya agar segera menyempurnakannya. Jangan sampai kita menyebarkan aib dan ghibah, karena semua itu tidak membuat menjadi bertaubat atau menjadi lebih baik. Bahkan perbuatan itu hanya menambah dosa bagi kita.
Keempat, Informasikan terhadap para muslimah yang belum menutup aurat dengan sempurna tentang manfaat memakai jilbab dengan benar. Dalam menginformasikan, kita bisa menggunakan kiat-kiat yang pernah disampaikan Aa Gym, seperti kita untuk sebuah perubahan dengan 3 M nya (Mulai dari diri sendiri, Mulai dari yang terkecil, Mulai saat ini juga), serta kiat berdakwah dengan menggunakan formula 3 A (Aku bukan ancaman bagimu, Aku menyenangkan bagimu, dan Aku bermanfaat bagimu).
2. Menyampaikan Ilmu
Orang-orang yang lahir di lingkungan baik, tentu tata nilainya tidak sama dengan orang-orang yang lahir di lingkungan yang kurang baik. Begitu pula para muslimah lahir di lingkungan kurang kondusif, mungkin tak pernah merasa malu dan bersalah jika auratnya tak tertutup sempurna, karena sejak kecil tidak terbiasa melihat para wanita di lingkungan keluarganya menutup aurat dengan baik.
Berbeda dengan wanita yang lahir di lingkungan moralis, misalnya di lingkungan para pendidik, pesantren, atau di lingkungan orang-orang saleh, maka ia akan merasa malu, terhina dan merasa bersalah jika auratnya tak terjaga.
Upaya amar ma’ruf nahyi munkar harus dimulai dengan penyampaian ilmu. Paksaan untuk melakukan kebaikan boleh dilakukan jika ilmu telah disampaikan dengan upaya maksimal.
Ambil contoh, suatu saat pernah ada seorang mualaf yang ingin masuk islam, tapi tidak mau melaksanakan shalat, kemudian Rasul SAW membiarkannya masuk Islam dan tidak memaksanya melaksanakan shalat. Setelah ia memahaminya, seiring bertambahnya ilmu dan pengalaman yang dilaluinya, akhirnya ia mau mengerjakan shalat.
Jika tidak, maka kita bagai memaksa orang yang tidak bisa berenang untuk mencapai tempat tujuan dengan berenang. Bagaimana mungkin ia bisa sampai di tujuan, bila tidak bisa berenang. Langkah awal yang harus dilakukan adalah mengajarinya berenang agar tahu bagaimana cara mengambang, bergerak, dan berjalan di permukaan air, kemudian ia harus gigih berlatih secara sistematis dan berkesinambungan.
Jika ia sudah pandai berenang, tapi tidak mau menjalankan tugas dan kewajibannya untuk mencapai tujuan itu, barulah dia boleh dipaksa. Kalau kita masih menyaksikan banyak para muslimah yang belum sempurna menutup auratnya, pertanyaannya adalah sejauh mana kita telah mensosialisasikan dan membuat mereka paham tentang bagaimana cara berpakaian yang paling disukai Allah.
Oleh karena itu, jangan tergesa-gesa menyalahkan mereka, ini justru hutang kita kepada mereka. Bisa jadi, hal ini justru kesalahan kita akibat kelalaian kita dalam beramar ma’ruf, hingga hak mereka untuk mendapatkan ilmu tertahan oleh kemalasan dan keenganan kita berdakwah.
Selain itu, setiap orang juga harus melakukan instropeksi diri, ”Seberapa banyak ilmu yang sudah saya dapatkan, hingga sejauh mana saya harus mengamalkan ilmu yang telah saya dapatkan itu?” atau, “Apakah karena ilmu saya memang masih sangat sedikit, hingga belum mau menggunakan penutup aurat yang sempurna?” Jika demikian, maka carilah ilmu sebanyak-banyaknya untuk mengetahui dan memahami tentang bagaimana cara berpakaian yang paling disukai Allah.
Bagaimana seharusnya para muslimah menutup auratnya? Setidaknya sebagai berikut. Pertama, tertutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan (untuk menutupi permukaan yang termasuk aurat). Kedua, tidak transparan (untuk menghilangkan penampakannya). Ketiga, tebal, artinya tidak tipis (untuk menghilangkan bentuk aurat). Keempat, warna tidak terlalu mencolok atau terlalu banyak hiasan (agar tidak terlalu menarik perhatian lelaki yang bukan mahram). Kelima, hindari wewangian yang terlalu semerbak.
Semoga Allah Yang Mahaagung mengaruniakan rasa syukur pada diri kita dan melindungi kita dari berpakaian yang tak disukai-Nya.
3. Awali dari diri
Dalam sebuah diskusi, seorang peserta yang belum berjilbab mengungkapkan isi hatinya sebagai berikut. Ia memiliki seorang teman yang sudah berjilbab dan sering mengajaknya mengenakan jilbab. Tapi, muslimah yang sudah berjilbab ini akhlaknya kurang baik, dia masih kurang menjaga hijab dengan lawan jenisnya, bahkan dia masih suka berpacaran dan seringkali menunjukkan sikap yang kurang baik.
Akhirnya, ia memilih untuk tidak berjilbab asalkan bisa menjaga dirinya, dari pada berjilbab tapi akhlaknya masih buruk. Bahkan, seringkali dia antipati melihat wanita berjilbab yang belum dikenalnya.
Artinya, setiap kali kita akan berdakwah, bertanyalah pada diri, “Apa yang akan saya sampaikan sudah sesuai atau belum dengan apa yang saya lakukan?” atau setidaknya, “Apakah saya sudah berupaya secara maksimal untuk mengamalkan apa yang akan saya sampaikan?” atau, “Apakah perbuatan dan akhlak saya sudah mendukung apa yang akan saya sampaikan?”
Menyampaikan ilmu atau menganjurkan kebaikan kepada orang lain itu ibarat mengepel lantai sebuah ruangan. Diri kita itu ibarat lap pel, sedangkan yang orang lain itu ibarat lantai. Lap pel harus bersih, jika tidak, maka ruangan itu akan bertambah kotor. Bayangkan, bila kita mengepel lantai kamar kita dengan lap pel bekas mencuci kotoran. Hasilnya, bukan membersihkan kamar, tapi malah mengotorinya.
Begitupula halnya dengan kasus diatas. Karena muslimah berjilbab yang mengajaknya itu belum sanggup memberikan contoh yang nyata buat temannya, maka akhirnya temannya itu bukannya segera ingin berjilbab, tapi malah mendapatkan citra yang tidak tepat tentang wanita berjilbab. Akhirnya, dakwahnya bukannya membuat temannya menjadi berubah menjadi lebih baik, tetapi malah membuatnya makin jauh dari pemahamannya tentang islam, bahkan mungkin makin jauh dari Allah. Karenanya, awalilah dari diri sendiri.Sering juga timbul pertanyaan, “Mana yang lebih baik, wanita yang berjilbab tapi akhlaknya buruk atau wanita yang belum berjilbab tapi akhlaknya lebih terjaga”.
Kita jadi teringat kisah Buya Hamka ketika beliau ditanya seseorang, “Buya, saya memiliki tetangga, yang satu seorang insinyur yang tidak suka shalat tetapi akhlaknya baik. Yang satunya lagi seorang haji yang suka shalat, tetapi akhlaknya buruk. Mana yang lebih baik diantara mereka?”
Beliau menjawab, “Insinyur itu, belum suka shalat saja akhlaknya sudah baik, apalagi kalau beliau rajin shalat. Sedangkan Pak Haji itu, syukur beliau suka shalat. Kalau tidak suka shalat, mungkin akhlak beliau lebih buruk dari itu.”
Kisah ini bisa kita analogikan untuk pertanyaan diatas. Akhwat yang belum berjilab itu, belum berjilbab saja akhlaknya sudah baik, apalagi kalau dia sudah bejilbab. Akhwat yang sudah berjilbab itu, syukur dia sudah berjilbab. Jika tidak, sudah akhlaknya kurang baik, tidak berjilbab juga.
Konon, disekitar Masjidil haram ada para wanita amoral yang bercadar. Tentu, tidak logis sama sekali jika kita langsung antipati melihat wanita bercadar. Kalau kita bandingkan, jumlah wanita shalehah yang berjilbab jauh lebih banyak dibandingkan wanita shlehah yang belum berjilbab.
Pakaian memang bukan satu-satunya alat ukur untuk menentukan kemuliaan akhlak seseorang. Muslimah yang pakaiannya sempurna belum tentu akhlaknya baik, tetapi muslimah yang berakhlaq baik pasti akan makin sempurna cara menutup auratnya. Makin sempurna cara akhwat menutup aurat, makin tinggi peluang akhwat berakhlak baik. Sebaliknya, makin tidak sempurna cara akhwat menutup auratnya, makin tinggi peluang akhwat berakhlak buruk.
Jadi, kalau ada akhwat yang sudah berjilbab tetapi akhlaknya kurang baik, maka solusinya adalah ia harus memperbaiki akhlaknya, bukan berarti ia harus melepaskan atau mengurangi kesempurnaannya berhijab. Sebaliknya, bila ada akhwat akhlaknya baik tetapi belum berjilbab, maka ia tetap harus menyempurnakan hijabnya, karena meyempurnakan hijab adalah kewajiban setiap muslimah.
Jadi, kiat untuk mengajak para muslimah berjilbab setidaknya adalah, pertama, bijak menyikapi kekurangan mereka. Kedua, sampaikan ilmu kepada mereka. Ketiga, awali dari diri.
Semoga Allah SWT mengaruniakan kemampuan kepada kita untuk menutup aurat dengan sempurna, ikhlas karena Allah semata. Amin Yaa Rabbal aalamiiin. WAllahu‘alam bishawab.